Bismillah..
Selamat datang di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast Episode ke 56. Episode ini didukung oleh Super Sales Funnel, sebuah program pelatihan online selama 30 hari.
Di Super Sales Funnel Anda akan mempelajari puluhan model sales funnel yang sudah teruji dan terbukti, sehingga Anda tinggal menggunakannya. Untuk mempelajarinya silakan kunjungi https://salesfunnel.id dan gunakan kode kupon KEPO untuk mendapatkan diskon 10%.
Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang
Saat saya rekam KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast ini, ada sesuatu yang sedang ramai di timeline akun sosial media saya. Sesuatu itu adalah sebuah cara untuk menghilangkan/mengecualikan (exclude) situs portal berita online yang bernama Tribunnews dari hasil pencarian Google.
Ada beberapa hal ini yang mengakibatkan munculnya cara ini, diantaranya :
- Website Tribunnews dan turunannya sering muncul di halaman pertama hasil pencarian Google di banyak kata kunci, mulai berita yang hits sampai konten yang receh. Sehingga ini menjadi ancaman untuk para blogger yang membahas tentang topik tertentu karena peringkatnya di hasil pencarian Google diambil alih oleh Tribunnews.
- Penyajian konten di Tribunnews yang membagi ke dalam beberapa halaman. Kalau kontennya banyak dan berbobot mungkin tidak ada yang mempermasalahkannya penyajian dengan cara ini. Akan tetapi pada kenyataannya di Tribunnews, sudah paragrafnya sedikit, kontennya receh, dibagi ke dalam beberapa halaman lagi. Ini yang membuat jengkel para pencari informasi karena kuota internet mereka habis untuk membuka banyak halaman ini namun tidak menemukan informasi yang mereka cari.
Untuk lebih detail terkait Tribunnews ini Anda bisa membacanya lebih lengkap lagi di https://mojok.co/yms/ulasan/pojokan/beredar-tips-menghindari-artikel-tribunnews-di-google/.
Pada KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast Episode 56 ini saya mengambil topik tentang Traffic VS Audience. Hal ini dikarenakan banyak yang menganggap kalau audience itu sama dengan traffic.
Padahal antara traffic dengan audience itu adalah dua hal yang berbeda. Sedangkan fenomena Tribunnews ini bisa jadi sebuah studi kasus untuk lebih mudah menjelaskan perbedaan antara traffic dan audience.
Saya meyakini apa yang dilakukan oleh Tribunnews adalah untuk mendapatkan traffic dari mesin pencari. Karena memang sumber pendapat utama dari portal berita adalah dari iklan. Kalau trafficnya sedikit maka kemungkinan yang klik iklannya juga sedikit. Namun kalau trafficnya banyak, maka kemungkinan pengunjung yang melihat dan klik iklan juga tinggi dan ini berbanding lurus dengan pendapatannya.
Traffic VS Audience
Namun kalau kita bandingkan Tribunnews dengan situs portal berita lain seperti Kumparan, Detik, Hipwee dan Mojok, akan terasa kontras perbedaannya. Walaupun secara traffic, portal berita seperti Kumparan dan Detik tidak sebanyak Tribunnews, tetapi mereka memiliki audience yang lebih banyak dan berkualitas. Audience inilah yang menurut saya tidak dimiliki oleh Tribunnews.
Perbandingan antara traffic dan audience di portal berita online ini juga terjadi di Amerika. Bahkan pernah diulas oleh Profesor Galloway, seorang profesor pemasaran dari New York University Stern School of Business.
Pada ulasannya Profesor Galloway membandingkan antara situs pemuja traffic yaitu Buzzfeed dengan situs yang memang mengedepankan jurnalistik, yaitu Washington Post.
Dari 2 situs berita ini bisa kita ketahui kalau Buzzfeed memiliki traffic, sedangkan Washington Post memiliki audience.
Bagi saya sendiri, yang membedakan antara traffic dengan audience itu ada di perhatian atau attention. Situs yang hanya mendatangkan traffic, ya begitu pengunjung masuk ke website, mereka baca sekilas, dapat intinya, lalu keluar begitu saja. Tidak membekas.
Namun situs yang membangun audience, begitu pengunjung masuk ke website, mereka akan membaca artikelnya dengan penuh perhatian. Setiap paragraf demi paragraf mereka baca sampai habis dan setelah itu ada kepuasan tersendiri setelah membacanya. Dan tidak jarang pula mereka membagikan artikel dari sebuah situs ini ke akun media sosialnya.
Bagi sebuah bisnis, mendatangkan traffic itu adalah hal yang sederhana. Misalkan Anda ingin mendatangkan 10.000 traffic dalam waktu 1 hari itu bisa saja. Anda tinggal bayar ke Facebook dan Facebook akan mencarikan traffic sebanyak 10.000 untuk website atau toko online Anda.
Tetapi untuk mendatangkan audience yang memberikan perhatian dan peduli dengan konten Anda, itu tidak bisa didatangkan dalam waktu 1 malam. Inilah yang dilakukan oleh Rico Huang yang melakukan wawancara dengan para pengusaha di channel Youtubenya. Kontennya sangat menarik dan tidak sedikit pula orang yang melihat videonya Rico Huang dengan senang hati membagikan videonya ke akun media sosialnya. Inilah contoh dalam mendatangkan audience, bukan sekedar traffic.
Audience itu butuh traffic, tetapi tidak semua traffic itu audience.
Mengubah traffic menjadi audience
Setelah Anda memahami perbedaan antara traffic dengan audience, mungkin Anda akan bertanya, bagaimana cara mengubah traffic menjadi audience mas?
Menurut saya kuncinya ada 2 yaitu konsistensi dan desain proses yang bagus.
Konsistensi
Konsistensi di sini adalah konsistensi dalam mendatangkan orang yang sama ke konten-konten Anda. Kalau konten Anda bagus lama-lama orang yang melihat konten Anda akan mulai peduli dan memperhatikan. Maka tidak mengherankan jika Youtube dan Instagram bisa mendatangkan audience dengan cukup mudah. Karena ada fasilitasnya,yaitu tombol Follow atau Subscribe.
Hal ini juga sesuai dengan diskusi saya dengan mas Rade Tampubolon yang bisa Anda simak di https://kirim.email/micro-influencer-nano-influencer-bermanfaatkah-bagi-bisnis-bersama-rade-tampubolon/ .
Pada diskusi tersebut mas Rade menyebut suatu istilah yang disebut sebagai Engagement Rate sebagai salah satu indikator dalam memilih influencer. Pada diskusi tersebut seolah-olah mas Rade bilang jangan hanya pilih influencer yang followersnya (baca : traffic) tinggi.
Tapi pilihlah juga yang engagement ratenya (baca: audience) tinggi. Jadi follower atau yang banyak itu bukan jaminan untuk mendapatkan penjualan lewat influencer. Dengan kata lain traffic yang banyak kalau tidak diimbangi dengan audience ya tidak akan maksimal hasilnya.
Desain proses yang bagus
Sedangkan cara kedua untuk mengubah traffic menjadi audience adalah desain proses yang bagus. Kami di KIRIM.EMAIL menyebutnya sebagai sales funnel. Melalui sales funnel kami bisa mendatangkan traffic kemudian menjadikannya sebagai audience dengan sistematis dan urutannya jelas.
Misalkan, orang-orang yang datang ke blog itu sebagian besar berasal dari mesin pencari Google. Orang-orang yang datang ini adalah traffic.
Supaya traffic yang datang tidak langsung pergi, kami memberikan penawaran berupa lead magnet. Orang yang ingin mendapatkannya syaratnya adalah memberikan alamat emailnya melalui sebuah form.
Dari sini kami sudah mulai mendapatkan audience. Namun tidak sampai di sini, prosesnya masih berlanjut hingga audience ini benar-benar menjadi audience yang setia dan loyal di KIRIM.EMAIL.
Tentunya selain dua cara di atas masih ada puluhan cara lagi mengubah traffic menjadi audience. Dan ini akan kami bahas di Kelas Super Sales Funnel selama 30 hari secara intens.
Untuk mendaftar di kelas Super Sales Funnel ini silakan ke https://salesfunnel.id dan gunakan kode kupon KEPO untuk mendapatkan diskon 10%. Jika Anda punya pertanyaan terkait Super Sales Funnel ini atau topik yang lain, silakan kirimkan email ke [email protected].
Kami tunggu Anda di sana, terima kasih sudah menyimak dan sampai bertemu di episode berikutnya.
Dengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast langsung dari HP Anda
Agar tidak ketinggalan update episode terbaru KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast, Anda bisa men-download dan mendengarkannya langsung melalui HP Anda, caranya:
- Jika Anda pengguna Android, ikuti tutorialnya disini >> https://kirim.email/kepo-android
- Jika Anda pengguna iPhone, iPad, iPod Touch, MacBook, iMac, Anda bisa langsung mendengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast melalui iTunes, klik disini >> https://kirim.email/kepo-itunes
- Atau Anda bisa langsung mendengarkan seluruh episodenya melalui browser HP Anda di >> http://kepo.blog.
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024
- KEPO 111: Konsekuensi Level 2 - August 22, 2024
- KEPO 110: Cyber Bullying Terhadap Bisnis: Penyebab dan strategi meresponnya - June 15, 2024