fbpx

Episode 52 – Micro Influencer, Nano Influencer, Bermanfaatkah Bagi Bisnis? Bersama Rade Tampubolon

Selamat datang kembali di KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast bersama saya Fikry Fatullah. Episode kali ini didukung oleh KIRIM.EMAIL, layanan email marketing yang kami desain khusus untuk pebisnis online seperti Anda. Anda bisa menggunakan kode kupon KEPO untuk mendapatkan diskon 10% berlangganan email marketing di KIRIM.EMAIL.

Pada KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 52 ini saya mengambil topik tentang influencer di Indonesia. Influencer adalah seseorang atau akun yang mempunyai banyak followers di sosial media seperti Instagram, Twitter ataupun Youtube.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan kabar dimana ada seorang influencer di Instagram yang meminta barang gratisan dari seorang pebisnis. Barang gratisannya bermacam-macam mulai catering, jasa make up artis, jasa fotografi hingga hotel.

Sebagai imbal baliknya, produk dari para pebisnis itu akan dipromosikan di akun Instagram si influencer ini dengan iming-iming followers yang banyak.

Mungkin ini terlihat biasa saja, namun bagi saya ini adalah sesuatu yang negatif. Karena polanya berubah dan tidak semestinya. Yang seharusnya pebisnis mendatangi influencer, tetapi ini influencer yang mendatangi pebisnis dengan minta barang-barang gratisan.

Pada episode ini saya ingin membahasnya bersama seorang pakar yang berada di dunia influencer sejak lama. Beliau adalah Rade Tampubolon yang juga founder dari Sociabuzz, sebuah marketplace untuk influencer di Indonesia.

Bagaimana diskusi saya dengan mas Rade dan bagaimana perspektif beliau terkait dengan fenomena influencer di Indonesia? Silakan ikuti terus dan simak KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 52 ini sampai habis.

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Apa itu Sociabuzz dan Latar Belakangnya

BACA JUGA :   Satu Pertanyaan Yang Harus Anda Jawab Sebelum Membuat Iklan – Ep. #66

Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa Sociabuzz ini adalah sebuah marketplace influencer di Indonesia. Ada yang menarik dari Sociabuzz ini, bahwa ternyata mereka sudah ada di Indonesia sejak tahun 2012 dimana waktu itu Instagram dan Youtube belum sepopuler sekarang.

Saat itu mas Rade kerja disebuah perusahaan FMCG sebagai digital marketer. Dalam menjalankan pekerjaannya, mas Rade sering berhubungan dengan para buzzer di Twitter dalam mempromosikan brand perusahaan beliau bekerja. Mas Rade menghubungi para buzzer ini secara manual, satu per satu beliau hubungi. Sangat ribet dan sebagai konsekuensinya kehilangan banyak tenaga dan juga waktu.

Kemudian beliau mulai berpikir akan lebih enak dan mudah jika ada sebuah tempat yang berisi kumpulan buzzer. Lalu mulailah riset dan ternyata di luar negeri sudah ada yang seperti ini. Dari ini mas Rade menghubungi temannya yang punya software house. Ternyata teman mas Rade ini juga punya kendala yang sama, lalu mereka bekerja sama dan kemudian temannya ini menjadi co-founder Sociabuzz.

Otentikasi Influencer

Mungkin Anda pernah melihat iklan smartphone low end dimana yang menjadi bintang iklannya adalah artis papan. Kalau saya melihatnya ini seperti tidak cocok. Artis papan atas tetapi mengiklankan smartphone untuk kalangan entry level. Sehingga menurut saya ini bisa menjadi semacam masalah kepercayaan dari masyarakat terhadap suatu brand. Mungkin masyarakat akan bilang, “masak artis seperti itu pakai smartphone murah begini?”.

Terkait isu ini mas Rade menanggapi bahwa saat ini brand-brand baru di Indonesia sedang melakukan eksperimen dengan para influencer. Maka dari itu iklannya dibuat senatural mungkin, walaupun pada kenyataannya masyarakat masih bisa menilai kalau iklan tersebut hanya settingan.

Jika di luar negeri, hal-hal seperti ini tidak diperbolehkan karena membohongi konsumen. Maka dari itu sebaiknya jika ada endors sebaiknya seorang influencer jujur kalau memang konten tersebut disponsori oleh produk A atau brand B.

BACA JUGA :   Episode 32 – Sales Funnel, Apa Itu Dan Bagaimana Membuatnya?

Perbedaan micro influencer dan macro influencer

Dulu hanya ada dua istilah, yaitu influencer dan bukan influencer. Namun sekarang ada istilah yang lebih luas seperti nan influencer, micro influencer dan macro influencer. Lalu apa pengertian dari istilah-istilah ini?

Menurut mas Rade, nano influencer itu adalah influencer yang mempunyai jumlah followers di bawah 10 ribu followers. Micro influencer itu adalah influencer yang jumlah followersnya antara 10 ribu hingga 100 ribu followers. Sedangkan macro influencer adalah influencer yang jumlah followersnya di atas 100 ribu hingga 1 juta followers. Dan di atas itu sering disebut dengan mega influencer.

Kriteria memilih influencer

Ada banyak influencer di Indonesia. Namun dari semua yang ada tidak semuanya baik. Maka dari itu kita harus pinter-pinter dalam memilih influencer. Lalu bagaimanakah kriteria dalam memilih influencer itu?

Mas Rade punya jawaban dari pertanyaan tersebut. Yang paling umum adalah jumlah followers. Namun makin kesini, marketer sudah mulai belajar bahwa followers bukan satu-satunya kriteria.

Ada engagement rate yang perlu juga dipertimbangkan sebelum menentukan influencer. Untuk menghitungnya caranya cukup mudah. Pertama kita hitung jumlah rata-rata interaksi postingan influencer. Kemudian dibagi dengan jumlah followernya dan kalikan dengan 100%.

Sebagai contoh influencer A jumlah rata-rata interaksinya adalah 150. Jumlah followersnya ada 2500. Maka engagement rate nya adalah 150/2500 = 0.06 x 100% = 6%.

Tidak hanya itu, kita juga perlu mengecek hal-hal seperti berikut :

  • Konten
  • Kualitas foto
  • Komentar yang ada di setiap konten
  • Data reach dan impression dari Instagram Insight
BACA JUGA :   Episode 60 – 4 Pelajaran Dari 4 Tahun KIRIM.EMAIL

Metric yang diharapkan dari bekerjasama dengan influencer

Menurut Mas Rade, dengan bekerjasama dengan influencer itu diharapkan bisa meningkatkan jumlah sales. Untuk mengukurnya adalah dengan menghitung jumlah leads yang masuk ke WhatsApp ataupun DM di Instagram setelah influencer posting iklan.

Kemudian dari WhatsApp yang masuk ini bisa dibandingkan berapa yang closing sehingga bisa juga kita ukur conversion ratenya.

Durasi kerjasama dengan influencer

Menurut mas Rade, durasi kerjasama dengan influencer itu bervariasi. Ada yang sekali posting selama 7 hari, ada juga yang selama 1 bulan penuh.

Berdasarkan pengalaman mas Rade di Sociabuzz, kebanyakan marketer memilih sekali posting di banyak influencer, daripada banyak posting di satu influencer. Tujuannya supaya jangkauannya lebih luas.

Menghubungi Mas Rade

Jika Anda ingin berkomunikasi dengan mas Rade secara langsung Anda bisa kontak beliau di Instagram @radiculouz atau di Twitter @radiculouz.

Terakhir ada penawaran khusus dari kami, silakan kunjungi https://kirim.email/sociabuzz dan masukkan kode kupon “kirim.emailc” saat mendaftar.

Atau bisa berkomunikasi secara langsung lewat email di fikry@kirim.email.

Terima kasih sudah menyimak KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 52 ini dan sampai bertemu di episode berikutnya.

Dengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast Langsung Dari HP Anda

Agar tidak ketinggalan update episode terbaru KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast, Anda bisa men-download dan mendengarkannya langsung melalui HP Anda, caranya:

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *