Bismillah…
Bagi beberapa orang ini mungkin tulisan ngawur, kok membandingkan hasil rumah kontrakan dengan jualan konten? Keduanya sangat berbeda.
Bener, keduanya berbeda sekali. Yang satu sangat fisik, dan mungkin merupakan cara yang dilakukan orang-orang dari generasi sebelum kita atau mungkin orang tua kita, punya rumah kontrakan dimana-mana.
Sedangkan yang satu lagi adalah konsep yang bagi sebagian besar orang masih asing, jualan konten? Bukannya konten itu buat di posting di sosmed aja? Kok dijual?
Mungkin kita bisa sepakat disini, tidak semua orang di Indonesia punya rumah untuk ditinggali sendiri, apalagi punya rumah untuk dikontrakkan dan jadi pemasukan.
Tapi, bagaimana jika ada cara untuk mendapatkan hasil yang mirip dengan rumah kontrakantanpa harus punya rumah? Atau bahasa motivatornya, menjadi passive income yang sama-sama bisa menghasilkan walaupun saat kita sedang tidur?.
Mari kita lihat perhitungan yang saya terima di Tahun 2023 disini.
Namun sebelumnya, disclaimer dulu.
Daftar Isi
Disclaimer
- Tujuan tulisan ini adalah untuk memperlihatkan bahwa sudah ada alternatif untuk mendapatkan hasil yang mirip memiliki rumah kontrakan, tanpa memiliki rumah kontrakan.
- Tulisan ini BUKANLAH saran investasi. Bagaimana Anda mengalokasikan uang Anda adalah tanggung jawab Anda.
- Tulisan ini BUKAN membahas detail portofolio investasi saya. Atau mencari tahu mana ROI yang terbaik.
- Saya BUKANLAH investor professional. Tulisan ini akan lebih banyak dari sudut pandang seorang pengusaha. Yang dibandingkan disini adalah outcome/ hasil berdasar cashflow, bukan ROI.
- Apa yang saya tulis disini hanyalah pembanding yang saya dokumentasikan dari pengalaman saya sendiri. Tidak ada referensi lain disini kecuali saya nyatakan berbeda.
- Semua opini disini adalah opini saya sendiri, tidak mewakili perusahaan saya atau instansi lain.
Sudah, mari kita lanjutkan.
Tentang Passive Income
Saya percaya tidak ada yang namanya benar-benar passive income atau pemasukan yang dimana kita 100% tidak melakukan apa-apa. Hampir pasti ada tindakan atau kegiatan yang harus dilakukan hingga kita mendapatkan penghasilan, apapun itu.
Bahkan investor terbaik didunia pun masih harus melakukan riset, sebelum ia mengalokasikan dananya untuk investasi. Dan jika Anda pernah melakukan riset untuk investasi sebelumnya, Anda akan mengerti betapa menantangnya melakukan itu. Artinya, riset adalah pekerjaan, karena kita bekerja, artinya tidak 100% passive. Dan riset adalah pekerjaan berat.
Namun, dalam konteks tulisan ini, agar kita satu halaman, saya akan menggunakan definisi favorit kebanyakan orang Indonesia disini, dimana passive income adalah: Bagaimana kita menghasilkan uang walaupun kita sedang tidur.
Atau bisa juga sedang tidak bekerja atau melakukan apa-apa. Berhubung karena ‘tidur’ adalah titik tertinggi dari tidak melakukan apa-apa, maka saya akan menggunakan kata tidur disini.
Sebagai catatan, dalam keseharian, saya sendiri menggunakan kalimat: Kerja asimetris untuk ke diri sendiri dan ke anak-anak saya. Dimana apa yang dikerjakan dengan hasilnya, itu tidak simetris, atau hasilnya tidak seimbang.
Kerjanya 1 hari, hasilnya bisa untuk 1 tahun, ini yang saya maksud dengan asimetris atau tidak simetris. Dan ini justru bertentangan dengan pemikiran work life balance dimana semua tentang mencari keseimbangan, kerja asimetris adalah tentang mencari daya ungkit untuk mengubah keseimbangan ini.Namun ini bahasan berbeda, tulisan ini tidak membahas konsep, kita bahas kontrakan.
Kembali lagi ke topik, intinya adalah sudah pasti ada sesuatu yang harus Anda lakukan/ kerjakan. Saya hanya ingin me-manage ekspektasi Anda disini, agar Anda tidak berpikiran bahwa tidak ada pekerjaan yang dilakukan. Tetap bekerja, tapi sedikit.
Bagaimana Kita Akan Membandingkan?
Berhubung rumah kontrakan yang dibahas disini adalah kontrakan tahunan, maka rumah kontrakan ini hanya akan menerima 1 kali pemasukan selama 1 tahun.
Dan umumnya saya terhitung ‘bekerja’ saat transisi antara kontrak, baik itu perpanjangan kontrak lama, maupun pengontrak baru.
Pekerjaan ini relatif minimal. seperti mengurus surat-surat, cat ulang, membersihkan, dll. Mayoritas juga bukan saya yang mengerjakannya.
Secara rata-rata, jangka waktu paling lama saya ‘bekerja’ untuk membereskan rumah ini adalah 1 bulan. Ini sudah termasuk promosi untuk mencari pengontrak baru.
Karenanya kita akan menggunakan acuan 1 bulan ini.
Saya juga akan menghitung penjualan konten saya dalam 1 bulan. Yang menurut saya jumlah jam kerja keduanya relatif sama.
Jadi, agar kita sepakati, perbandingannya adalah: 1 rumah kontrakan VS 1 bulan jual konten di Utas.
Karena jumlah pekerjaannya yang relatif mirip, yaitu bekerja 1-2 jam sehari, selama maksimal 5-6 hari dalam jangka waktu 1 bulan tersebut.
Detail pekerjaan saya akan saya bahas dibawah.
Tentang Rumah Kontrakan
Kita akan mulai bahasan ini dari rumah kontrakan sebelum kemudian membandingkan dengan jualan konten sebagai alternatifnya.
Rumah kontrakan yang dibahas disini adalah salah satu rumah sederhana disebuah kota di Indonesia. Saya tidak akan membagikan lokasi atau spesifikasinya secara mendalam, namun beberapa hal yang menurut saya penting untuk bahasan ini adalah:
- Rumah ini menerima pengontrak sejak 2013, artinya tahun 2023 sudah genap 10 tahun.
- Lokasinya menurut saya lumayan bagus. Dekat dengan jalur lintas, perumahan, masjid, relatif dekat ke lokasi-lokasi pusat keramaian.
- 3 kamar, cocok untuk keluarga kecil yang baru menikah. Artinya memang BUKAN rumah kontrakan besar dengan harga sewa yang besar.
- Tidak ada furnitur (kecuali mungkin AC), artinya hanya untuk sewa tahunan.
- Menurut Lamudi, rasio harga dan sewa rumah ini adalah sekitar 26. Semua diatas 20 artinya lebih bagus disewa daripada dibeli. Dan kalau melihat pasaran rumah sekitar, maka ini masuk akal.
Dari 2013, boleh dibilang selalu ada pengontrak, dengan rata-rata kontrak 2 tahun. Periode rumah tanpa pengontrak, atau vakum, paling lama terjadi di 2023, yaitu sekitar 3 bulan lebih sedikit. Rerata vakum itu sekitar 1 bulan sebelum akhirnya mendapatkan pengontrak baru.
Harga sewa saat ini adalah Rp. 25 Juta pertahun. Calon pengontrak bisa negosiasi tentu saja. Untuk pengontrak saat saya menulis ini, harga yang disepakati adalah Rp. 22 Juta.
Saat vakum 3 bulan di 2023, banyak yang harus diperbaiki, terutama AC. Sebagai catatan, perbaikan AC ini tergolong perbaikan besar. Dan perbaikan besar TIDAK terjadi setiap tahun. Jadi biaya yang kita bahas disini termasuk besar, tidak setiap tahun seperti ini.
Dalam kasus tahun ini, kami mengganti AC-nya dengan AC baru karena biayanya yang justru lebih masuk akal dibanding memperbaiki kerusakan.
Ini sedikit rincian biayanya:
Seperti yang Anda lihat, total biaya yang harus dikeluarkan sekitar: Rp.3.788.000.-. Jadi total pemasukan yang kita dapatkan dari kontrakan adalah:
22.000.000 – 3.788.000 = 18.212.000.
Atau sekitar Rp.18 jutaan untuk periode kontrakan tahun 2023-2024
Tentang Konten yang Dijual
Bulan November saya ada meluncurkan satu konten untuk dijual. Total membuat materi, rekaman, dll menghabiskan waktu sekitar 4-5 hari. Mungkin bisa lebih cepat, namun saat itu saya banyak sekali jadwal meeting dengan klien dan partner.
Berikut gambaran proses kerjanya:
- Materinya saya kumpulkan dari catatan-catatan saya yang sudah ada, jadi saya tidak membuat baru, tapi lebih mirip mendokumentasikan yang sudah ada.
- Jadi pada dasarnya saya hanya memindahkan catatan saya menjadi slide. Hal ini juga yang mungkin membuat prosesnya menjadi lebih cepat.
- Untuk slide saya menggunakan Google Slide yang gratis, untuk visual atau gambar di Slide saya menggunakan foto-foto saya sendiri yang sudah ada, dan juga menggunakan Recraftyang juga gratis.
- Pembuatan slide materi menghabiskan waktu sekitar 2-3 hari.
- Setelah slide selesai, masuk ke proses rekaman materi yang menghabiskan 1 harian. Lalu proses upload dan publikasi di Utas.
- Sambil membuat materi, saya paralel mempromosikan produknya yang saat itu sudah bisa di pre-order.
- Tidak ada biaya selain biaya transaksi dan fee affiliate di Utas.
Dan ini hasil saya membuat konten dalam rentang waktu 30 November – 31 Desember 2023.
Hasil diatas sudah dipotong transaction fee, affiliate Utas, dan biaya lain, hasilnya adalah: Rp.18.785.682.-
Perbandingan Hasilnya
Secara teori, saya ‘bekerja’ lebih banyak saat membuat konten, karena boleh dibilang saya ‘hanya’ dibantu AI. Sisanya saya kerjakan sendiri.
Sedangkan untuk kontrakan, mayoritas dikerjakan oleh tukang. Karenanya ada sedikit modal kerja di awal.
Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa menjual konten di Utas nyaris tidak ada modal kerja. Semua biaya variable, dan hanya terjadi saat ada transaksi atau saat ada perpindahan dana.
Keduanya saya promosikan organik, kontrakan di Facebook Marketplace, dan tempat lain. Konten saya promosikan di Email list, Instagram, dan Facebook saya.
Saya TIDAK melakukan follow up sama sekali untuk keduanya. Kontrakan di manage oleh seorang manager, dan konten di manage oleh Utas. Maksud saya Utas adalah software-nya. Saya sama sekali tidak dibantu oleh tim dalam menjual konten ini.
Boleh dibilang hasilnya mirip. Seperti yang saya katakan diatas, hasil kontrakan biasanya tidak seperti ini, modal kerjanya tidak sebesar ini. Namun berhubung di 2023 kondisinya seperti diatas, maka saya tulis apa adanya. Artinya, kontrakan ada peluang mendapatkan hasil lebih besar.
Di sisi lain, saya juga bisa membuat konten baru dan meluncurkannya kapan saja saya mau. Jika kemarin saya meluncurkan konten kedua dalam jangka waktu 1 bulan itu, kemungkinan hasilnya akan berbeda.
Property seperti kontrakan bisa memberikan return dengan dua cara, sebagai cashlfow seperti yang kita bahas disini. Satu lagi adalah mendapatkan return dari capital gain, yaitu kenaikan harga rumah tersebut saat saya jual (dan sekarang harganya sudah jauh melebihi apa yang dibayar dulu).
Sedangkan konten tidak memiliki capital gain, namun bisa di scale-up dengan jauh lebih sederhana. Boleh dibilang menambah konten = menambah pemasukan.
Di sisi kontrakan lagi, untuk men-scale-up maka saya harus beli property lagiuntuk kemudian di kontrakkan lagi. Artinya ada investasi cukup besar di awal dan butuh perencanaan keuangan yang lebih matang.
Berikut ini adalah rangkuman perbandingannya dengan tabel.
Kesimpulan
Pada akhirnya, sebaiknya kita tidak memilih. Jadi prinsipnya ‘dan’, bukan ‘atau.’
Investasilah pada apapun yang Anda bisa selagi halal dan Anda memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Pada akhirnya, yang dicari adalah leverage atau daya ungkit. Atau sederhananya Bagaimana kita bekerja hanya beberapa jam sehari dengan hasil yang bisa untuk menutupi biaya hidup sebulan atau bahkan setahun.
Biasanya, semakin minim kerjanya, maka harus semakin besar daya ungkitnya.
Seperti yang bisa Anda lihat, saya BUKAN pemain property professional, dan saya BUKAN content creator professional juga yang setiap hari membuat konten. Saya adalah seorang pengusaha yang kebetulan punya hobby, yang salah satunya eksperimen dengan hal-hal seperti ini.
Artinya, keduanya adalah pendapatan tambahan saya karena pekerjaan harian saya sampai detik ini adalah masih sebagai CEO dari KIRIM.EMAIL dan Utas. 90% waktu bekerja saya habis disana.
Bisakah kontrakannya saya optimasi untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak? Tentu saja bisa.
Bisakah kontennya saya scale-up untuk mendapatkan hasil lebih? Tentu saja bisa.
Dan mungkin akan saya lakukan, namun untuk tahun 2023, seperti inilah adanya.
Bagaimana Anda bisa Juga Mendapatkan Penghasilan ala Rumah Kontrakan tanpa Rumah Kontrakan
Untuk memiliki rumah kontrakan tentu saja kita harus memiliki rumah (property.) Memiliki property artinya harus memiliki sejumlah uang. Artinya property adalah tentang menggunakan uang sebagai daya ungkit.
Uang adalah daya ungkit yang bagus, namun BUKAN satu-satunya daya ungkit. Tulisan ini membuktikan bahwa Anda bisa mengganti daya ungkit uang dengan teknologi.
Kemungkinan, saya tidak bisa melakukan hal ini 2-3 tahun lalu karena teknologinya belum ada.
Utas memungkinkan saya untuk memiliki penghasilan mirip rumah kontrakan tanpa rumah kontrakan. Dengan jumlah jam kerja super minim. Waktu yang dihabiskan pada dasarnya tergantung secepat apa Anda bisa membuat konten.
Memetik kata-kata mas Darmawan Aji saat kami sedang ngopi bareng dan ngobrol:
“Seringnya aku login ke Utas cuma untuk withdraw (menarik uang) mas, jadi mirip mesin ATM, tapi isinya nambah terus kaya ‘pesugihan’.”
Jika Anda ingin juga memiliki hasil seperti ini, step by step nya cukup sederhana:
- Bangun audiens. Terutama bangun email list. Anda bisa menggunakan KIRIM.EMAIL untuk melakukannya. Jadi daftar sekarang.
- Jika Anda ingin audiens atau email list yang berkualitas, gunakan SEKTE
- Setelah itu daftar Utas untuk tempat Anda menjual konten.
- Buat konten yang menjual, pelajari caranya di Digital Product Playbook
- Tidak tahu konten apa yang mau dijual? Pelajari juga disini.
Sudah, itu saja.
Sediakan 1 bulan kedepan, fokus untuk mempelajari dan mempraktekkan semua yang ada pada poin-poin diatas. Menghilang dari social media, dan fokus membuat konten dan membangun audiens yang menghasilkan.
Jadi, tinggal Anda praktekkan dan saya doakan hasilnya mirip punya rumah kontrakan atau kos kosan. Aamiin…
Penutup
Kita bisa saja berargumen bahwa property residensial bukanlah instrumen investasi yang bagus. Masih banyak instrumen investasi dengan return lebih baik, yang artinya memiliki daya ungkit yang lebih baik.
Kita bisa berargumen bahwa investasi saya bisa diperbaiki. Terutama tentang rumah kontrakan.
Mungkin benar, tapi lagi, ini bukan artikel investasi, ini hanya membandingkan hasil dari 2 cara menghasilkan uang dengan usaha yang terhitung sangat kecil. 2 cara yang saat ini saya jalankan.
Dan yang paling penting, 2 cara disini bisa Anda TIRU dengan relatif sederhana. Terutama dalam menjual konten.
Selamat mencoba.
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024