Bismillah…
Tahun ini saya banyak sekali belajar dari buku-buku, podcast, dan video-video yang luar biasa. Dan saya akan membagikan disini beberapa yang menurut saya layak untuk Anda baca atau konsumsi.
Tentu saja, tidak semua yang saya baca tahun ini saya tuliskan disini, selain tidak semuanya bagus, tidak semua juga saya baca sampai habis. Namun beberapa buku di sini begitu menariknya, hingga saya tidak berhenti membacanya hingga habis dalam 1-2 hari.
Catatan, buku-buku ini bukan berarti ditulis di tahun ini, namun yang saya baca tahun ini. Jadi bisa saja beberapa merupakan buku lama. Dan tidak ada urutan khusus yang saya tulis disini, semuanya sesuai yang saya ingat atau yang saya catat saja, bukan berarti yang saya tulis di awal itu lebih baik daripada yang di akhir, dan sebaliknya, random.
Anda juga bisa membaca daftar terbaik tahun 2017 disini
Ok, ini dia daftarnya:
Daftar Isi
[1] Buku
[1.1] Al-Bidayah Wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin
Kitab karya Ibnu Katsir ini sebenarnya terdiri dari sekitar 20+ jilid atau volume yang membahas kisah nabi-nabi. Namun, yang saya baca adalah yang khusus membahas masa Khulafa’ur Rasyidin, atau masa kekhalifahan 4 sahabat:
- Abu Bakar.
- Umar.
- Utsman.
- Ali.
Membaca buku ini seperti membaca kelanjutan dari Sirah Nabawiyah. Sepeninggal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, maka kepemimpinan saat itu berlanjut ke 4 sahabat, dimulai dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Dan buku ini mengurutkan secara detail, lengkap dengan sumber-sumbernya, perjalanan hidup para Muslim terbaik ini.
Kisah-kisah disini ditulis dengan mengalir sekali, di beberapa bagian membuat saya senyum-senyum sendiri (karena ternyata manusia-manusia terbaik ini bisa berbeda pendapat dan berantem juga, sampai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang harus turun tangan mendamaikannya), membuat saya sampai ingin meneteskan air mata, merinding dan keseluruhannya sangat menginspirasi.
Di sini Anda akan menemukan bagaimana seorang hakim itu bisa menganggur di masa kepemimpinan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, karena adilnya beliau, perjuangan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang luar biasa dalam berdakwah. Yang mendefinisikan ulang makna: “Keluar dari zona nyaman” untuk saya pribadi.
Kenapa Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu digelari pemilik 2 cahaya, dan bagaimana cerita di belakangnya. Bagaimana kesalahpahaman antara Abu Bakar, Fatimah, dengan Ali bin Thalib yang kemudian memicu cerita panjang munculnya kaum Rafidhah (Syi’ah).
Semua gamblang jelas dan detail, didukung dengan literatur-literatur yang valid.
Sayangnya, saya tidak tahu persisnya dimana Anda bisa mendapatkan buku ini. Di beberapa toko buku di Yogyakarta menurut teman-teman saya masih ada yang menjual. Beberapa toko di marketplace menjual versi yang mereka cetak dari ebook ini yang mereka download dari internet.
Tapi menurut saya, justru perjuangan mendapatkan buku ini akan menambah serunya pengalaman membaca buku ini. Selamat berburu.
[1.2] Goodbye Things
Lihat postingan ini di Instagram
A post shared by Fikry Fatullah (@fikryfatullah) on
Dari awal 2017, saya sudah mulai mengikuti gerakan minimalism yang saat ini sedang naik trendnya di beberapa kota di dunia dan di internet. Ini tidak lepas dari populernya duo The Minimalist, dan dokumenter mereka yang tayang di Netflix tahun kemarin.
Jika saya perhatikan, salah satu yang memicu gerakan ini selain jadi mainstream-nya iPhone dan perangkat-perangkat Apple lain, juga karena trend interior rumah atau furnitur yang semakin ke arah minimalis, produk-produk ini lalu mengedukasi dan “membiasakan” pemiliknya dan masyarakat akan konsep minimalis.
Cukup banyak buku dan video yang saya pelajari mengenai gaya hidup minimalis, namun buku yang ditulis oleh Fumio Sasaki ini merupakan buku yang menurut saya caranya paling masuk akal. Buku ini dalam penyampaiannya juga lebih baik, terutama untuk yang awam seperti saya, jika dibandingkan buku populer lain tentang gaya hidup minimalis seperti buku-bukunya Marie Kondo.
Catatan: Saat saya menulis ini, Marie Kondo sedang membuat program acaranya sendiri berjudul Tidying Up bersama Netflix.
Beberapa hal di buku ini cukup berlebihan menurut saya, sehingga akan merepotkan si pembacanya jika ingin mempraktekkan, dan berpotensi membuat tamu yang datang ke rumah kita menjadi tidak nyaman karena terlalu minimalis.
Untuk saya dan Istri saya yang memiliki keluarga besar di kampung halaman, dan Alhamdulillah masih banyak tamu yang datang ke rumah dalam frekuensi yang cukup sering, maka mempraktekkan beberapa hal dalam buku ini akan sangat menantang bagi saya.
Jika hanya saya dan keluarga yang merasakan dampaknya, maka kami mungkin masih bisa menerimanya. Namun jika karena menjalankan gaya hidup minimalis membuat tamu jadi sulit untuk kami muliakan, maka saya akan lebih mengutamakan memuliakan tamu yang datang daripada menerapkan konsep minimalis.
Dan lagi, Islam melarang ummatnya untuk berlebih-lebihan akan sesuatu. Termasuk menjalankan gaya hidup minimalis yang berlebihan.
Namun buku ini tetap buku yang bagus, bisa dibaca dengan cepat, dan dari sekitar 50-an poin yang ia sampaikan di sini, sebagian besar tetap bisa Anda praktekkan untuk transisi ke gaya hidup minimalis. Bijak dalam membaca, pilih yang paling bermanfaat, hindari yang berlebihan.
[1.3] The Messy Middle
Lihat postingan ini di Instagram
Dalam bisnis, ulasan atau cerita yang paling sering diangkat itu biasanya di awalnya, atau di akhirnya.
Bagaimana Apple berdiri, bagaimana Facebook dimulai dari kamar kos, bagaimana Mc Donnalds pertama kali jadi franchise, dll. Atau, bagaimana Instagram diakuisisi, bagaimana layanan sosial media Path tutup, dll.
Jarang sekali membahas cerita di pertengahan. Karena pertengahannya bisnis itu biasanya membosankan. Tidak menginspirasi, berantakan. Terkadang jalannya lambat, tidak jelas. Isinya orang-orang yang mencari-cari jati diri, mencari jalan. Mulai mempertanyakan kenapa dulu mulai bisnis, dll.
Inilah isi buku The Messy Middle. Perusahaan Scott Belsky, penulisnya, sebenarnya juga sudah “selesai”, karena sudah diakuisisi oleh Adobe.
Namun ia seperti meninggalkan “memoir” atau cerita pengalamannya 5 tahun membangun Behance secara bootstrap (tanpa pendanaan dari luar), hingga mendapat pendanaan, hingga akhirnya diakuisisi dan sekarang bekerja di korporat atau perusahaan besar (Adobe).
Buku ini seperti kumpulan ratusan essay yang dikemas jadi satu, yang berisi pengalaman Scott saat “me-navigasi” Behance melalui tantangan bisnis di tengah-tengah. Di halaman manapun buku ini dibuka, kita akan tetap bisa mendapatkan insight atau nasihat yang menarik menurut saya.
Detailnya di sini
[1.4] Newbie
Lihat postingan ini di Instagram
Sekitar tahun lalu, seorang Internet Marketer dan penulis buku: Rianto Astono, datang ke Bandung dan menghubungi saya. Kami lalu ngobrol dan makan bareng, ternyata beliau sedang menulis sebuah buku, yang dimana, saya adalah salah seorang subjek yang diulas dalam buku itu.
Awalnya saya pikir beliau tidak serius, cerita saya tidak semenarik itu. Apalagi dibanding dengan beberapa pebisnis online yang sudah beliau wawancara. Ditambah lagi, karena mungkin menurut saya perawakan orangnya yang santai dan “ngalir” kalau ngobrol. Jadi, wawancara kami lebih mirip obrolan sambil makan siang daripada wawancara untuk buku.
Namun setelah beliau menceritakan niatnya bahwa pada akhirnya hasil penjualan buku ini akan digunakan untuk apa, maka saya langsung ingin mencari caranya berpartisipasi dalam proyek buku ini.
Buku ini adalah hasil wawancara dari 8 pebisnis online (selain saya), yang berisi cerita dan pengalaman mereka membangun bisnisnya. 2 dari 8 orang yang ada disini adalah teman dekat saya, yang saya pernah mendengar cerita yang tertulis disini dari mulut mereka langsung, dan cara mas Rianto menceritakannya menurut saya cukup detail dan akurat, enak dibaca. Di bagian akhir buku ini, beliau juga merangkum dan menceritakan pelajaran atau pola apa yang ia dapatkan dari mewawancarai 8 orang pebisnis online ini.
Menurut saya, jika Anda ingin cepat belajar bisnis, cara termudahnya adalah dengan memodel. Dan buku ini bisa menjadi titik awal Anda untuk memodel pebisnis online dari berbagai latar belakang.
Beli bukunya di sini
[1.5] Hey Whipple, Squeeze This
Lihat postingan ini di Instagram
Iklan yang bagus adalah karya seni yang paling saya nikmati. Karena iklan yang “hanya” cantik, itu belum tentu menjual. Dan iklan yang “jualan banget”, biasanya tidak cantik.
Terlepas dari mana yang lebih baik, saya suka sekali mencari iklan yang bagus, yang menurut saya bisa menjelaskan sesuatu yang kompleks dengan sederhana, dan meyakinkan seseorang dalam waktu yang relatif sangat singkat.
Buku ini menurut saya spesial karena bukan hanya menceritakan bagaimana sejarah atau cerita di belakang iklan yang bagus, tapi juga lengkap dengan analisa, dan bagaimana kita bisa memodel atau mencontoh iklan tersebut. Lengkap dengan kumpulan strategi, studi kasus, yang kadang aneh, khas orang-orang dari dunia advertising. Lengkap juga dengan gambar iklan yang dijadikan contoh dalam sebuah strategi yang lagi dibahas.
Beberapa contoh juga dilengkapi dengan link yang akan membawa kita langsung ke video yang dimaksud dalam contoh di buku tersebut.
[1.6] Blitzscaling
Lihat postingan ini di Instagram
Saat Airbnb mulai bertumbuh dan mulai dikenal, mereka menghadapi tantangan dari Sawmer Brothers.
Jika Anda asing dengan tiga bersaudara dari Jerman ini, mereka terkenal suka meng-kloning startup yang berhasil di Amerika, lalu menyuntik dana besar-besaran untuk menumbuhkan startup tersebut dan menggerus pasar. Dan seringnya, kloning ini jadi mengancam startup aslinya. Kemudian Sawmer akan menjual perusahaan kloning ini, malah seringkali ke startup aslinya.
Praktek bisnis yang “kasar” ini akhirnya sampai juga ke Airbnb.
Saat itu, Airbnb menerima pukulan keras dari Wimdu, perusahaan kloning Airbnb yang dengan cepat bertumbuh dan menguasai pasar Eropa. Airbnb dihadapkan pada pilihan sulit. Beberapa orang menyarankan mereka untuk mengakuisisi Wimdu agar “tidak mengganggu” dan sekaligus membantu memuluskan perjalanan Airbnb untuk penetrasi ke Eropa. Toh, ini waktunya Airbnb untuk ekspansi.
Namun Brian Chesky, CEO Airbnb, menempuh jalur berbeda. Ia memilih melawan Wimdu secara langsung, dan memutuskan untuk menumbuhkan Airbnb ke lebih banyak negara daripada Wimdu, itu artinya termasuk ke Eropa.
Awalnya, Airbnb mendapatkan perlawanan ketat dari Wimdu saat masuk ke Eropa, namun kecepatan pertumbuhan Airbnb akhirnya bisa menyalip Wimdu, dan Airbnb bertumbuh menjadi nama besar di dunia travel, yang saat ini nyaris tanpa kompetitor berarti.
Teknik bertumbuh dengan kecepatan yang sangat berbahaya seperti yang diperlihatkan oleh Airbnb di atas, inilah yang disebut Blitzscaling.
Teknik ini mengutamakan kecepatan di atas efisiensi. Saat bertumbuh begitu cepat, sebuah perusahaan itu bisa mengambil market share yang cepat (menyerang), sekaligus terlindung dari kompetitor yang tidak bisa mengikuti pertumbuhannya karena terlalu cepat (bertahan).
Namun, teknik ini sangat beresiko, dan membutuhkan biaya yang luar biasa besar untuk melakukannya. Sangking beresikonya, Reid Hoffman, penulis buku ini, menganjurkan, salah satu cara terbaik untuk melawan perusahaan yang sedang Blitzscaling adalah dengan membiarkannya mati karena maju terlalu cepat. Jadi justru kita tidak ikut berkompetisi dengan mereka.
Klik di sini untuk detilnya.
[1.7] The Biology Of Belief
Saya mencari buku ini setelah seorang teman mengirimkan video wawancara Bruce Lipton, penulis buku ini, ke saya (videonya ada di bawah).
Buku ini menceritakan temuan bahwa pikiran manusia berpengaruh langsung ke kondisi fisik manusia sampai ke level sel-sel nya. DNA itu hanya blueprint, bahan pembangunnya adalah sel. Dan sel-sel ini akan patuh jika kita paham cara memerintahnya melalui pikiran kita.
Ia juga percaya bahwa semua obat itu, setengahnya adalah efek Placebo, dimana kita percaya bahwa obat itu menyembuhkan, karena itulah kita sembuh. Jadi tidak 100% karena kandungan obatnya.
Yang membuat buku ini jadi sangat menarik adalah, profesi Bruce Lipton yang merupakan seorang Dokter juga pengajar. Jadi satu sisi ia harus mengajarkan ilmu kedokteran tradisional ke mahasiswanya, namun disisi lain ia sendiri banyak menemukan ketidaksesuaian antara teori kedokteran modern, dengan temuannya di lapangan.
Kontradiktif dan sangat menarik.
Klik di sini untuk melihat detailnya
[1.8] The Third Door
Bayangkan seseorang mau nonton pertandingan sepakbola di sebuah stadion, ada pintu masuknya.
Pintu pertama adalah pintu utama, yang umum, semua orang bisa liat. Walau pintu utama biasanya ada lebih dari satu, tetap saja biasanya disini orang pada ngantri saat pertandingannya akan dimulai.
Pintu kedua adalah pintu VVIP, misalnya Presiden mau ikut nonton pertandingan sepakbola, apakah beliau ikut ngantri? Ya enggak donk. Disinilah digunakan pintu kedua, pintu khusus untuk orang-orang yang khusus.
Biasanya pintu ini “terbuka” atau “dibukakan” atau “diadakan” kalau belum ada, jika seseorang dengan status tertentu seperti selebritis, politikus, selebgram, dan orang-orang terkenal lainnya ingin masuk.
Namun, Alex Banayan, penulis buku ini, percaya, selalu ada, sekali lagi, selalu ada pintu ketiga. Pintu inilah yang ditempuh orang-orang yang tidak mau ngantri, tapi tidak punya status selebritis. Orang-orang di tengah.
Saat bisnis sedang bertumbuh, “mengantri” atau menunggu bisa menghilangkan momentum pertumbuhan bisnisnya, artinya, ngantri = berbahaya. Senjata utama bisnis yang masih baru biasanya adalah speed, kecepatan. Dan antrian itu adalah lawannya kecepatan.
Pintu ketiga ini, untuk analogi stadion di atas, biasanya HANYA untuk diakses oleh pemilik, atau penyelenggara acara, dan pihak-pihak yang terlibat di bisnis/ acara itu secara langsung.
Contoh security, manager, staff, tukang masak, tukang lightning, tukang audio, pemilik gedung, ketua EO, Chief of Staff, dll. Dan dalam setiap pintu seperti ini, hampir selalu ada tulisan Dilarang Masuk atau Staff Only atau Khusus Karyawan.
Kadang, pintu ini terkunci, jadi kita mungkin harus gedor 100x selama sebulan, bongkar jendelanya, menyusup lewat truk supply –Steven Spielberg dulu masuk ke Universal Studio pertama kali dengan menyusup melalui bus wisatanya saat masih 19 tahun, sembunyi di gudang set film, ketemu dengan Studio Managernya, belajar langsung, dan akhirnya jadi Sutradara termuda di Universal saat film besar pertamanya dirilis– dan cara-cara lain.
Tapi, cara tercepat untuk masuk melalui Pintu Ketiga adalah: Kenal orang dalam.
Inilah yang dilakukan Bill Gates, ia kenal orang dalam yang bisa mempertemukannya dengan IBM, yang kemudian ia bisa menjual DOS dengan tetap memegang lisensinya. Jika Anda belum pernah mendengar kisahnya, bisa menonton film Pirates Of Silicon Valley.
Ini juga yang dilakukan Mark Zuckerberg, setelah pintu pertama (inside man: Eduardo Saverin) gagal, maka ia mencari pintu ketiga, inside man-nya adalah Sean Parker. Sean lalu membukakan pintu ketiga untuk ketemu Peter Thiel. Yang kemudian jadi investor pertama di Facebook.
Mark mengulangi jurus ini kedua kalinya, saat ia merekrut Sheril Sandberg, inside man (women) dari Google Adwords (Google Ads), yang kemudian membukakan dia pintu ketiga, shortcut bagaimana Google Ads bekerja. Yang akhirnya membuat Facebook jadi seperti sekarang ini.
Pintu ketiga, kuncinya dipegang oleh: Inside man atau inside men, karena seringkali orangnya tidak cuma satu.
Buku ini membuat saya hampir terbangun semalaman karena cerita di dalamnya menarik sekali, dan akhirnya saya selesai membaca seluruh bukunya dalam waktu kurang dari 48 jam. Di bagian pertengahan, buku ini jadi ketebak arahnya, karenanya menjadi agak membosankan.
Namun, bagian perjuangan untuk mewawancarai Bill Gates saja sudah cukup membuat buku ini untuk menjadi salah satu buku paling berkesan yang saya baca tahun ini.
Klik di sini untuk melihat detailnya
[1.9] Profit First
Seperti buku The Third Door diatas, buku ini juga merupakan buku yang langsung habis saya baca begitu saya mulai. Buku ini malah lebih cepat lagi, 1 malam langsung selesai.
Pada prinsipnya, buku ini seperti menerapkan pola finansial dalam kehidupan rumah tangga, tapi kedalam perusahaan. Pola keuangan rumah tangga yang sering dibahas oleh pakar finansial biasanya seperti ini:
Saat ada pemasukan di awal bulan, sisihkan tabungan di depan (idealnya 40% dari total pemasukan rumah tangga), lalu jalani hidup dengan berapapun yang tersisa. Ini karena jika kita menabung di belakang, atau setelah digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, biasanya tidak ada yang tersisa untuk ditabung.
Prinsip inilah yang diterapkan perusahaan. Jadi saat awal bulan, kita ingin profit berapa %? Langsung potong/ ambil saat awal bulan, lalu cari cara agar perusahaannya bertumbuh dengan dana yang tersisa.
Ada 2 pelajaran penting disini: Parkinson Law, dan Primacy Effect. 2 kunci utama uang membuat teknik berhasil menurut saya. Tanpa sadar, KIRIM.EMAIL sudah pernah melakukan ini, namun buku ini seperti menyadarkan saya, bahwa teknik seperti ini ternyata memang ada yang membahas, dan bisa dilakukan.
Mike Michalowicz, penulis buku ini, berpendapat bahwa sistem akuntansi bisnis yang sekarang umum digunakan itu tidak didesain untuk habit atau perilaku manusia normal. Jadi, saat menghitung profit dengan cara biasa, itu seperti melawan sifat dasar manusia.
Sistem akuntansi bisnis yang umum itu lupa bahwa manusia itu bukan makhluk logis, tapi makhkluk emosional. Jadi akan sulit menghitung: Revenue – Cost = Profit. Ia percaya, profit itu bukan apa yang tersisa, tapi justru, biaya operasional inilah yang diambil dari apa yang tersisa setelah profit diambil.
Keseluruhan buku ini sebenarnya hanya ada di satu bab. Tapi sangat menarik melihat bagaimana Mike meyakinkan kita bahwa sistem akunting bisnis kita sekarang itu salah.
Detailnya ada di sini
[1.10] Perennial Seller
Saya tidak pernah menikmati buku Ryan Holiday sebelum buku ini.
Buku pertamanya: Trust Me I’m Lying, merupakan salah satu buku paling manipulatif yang saya baca. Isinya hanya mengeksploitasi media, perilaku manusia, dan bagaimana mereka mengambil keuntungan dari sana.
Namun, waktu dan kejadian mengubah Ryan (seperti mengubah semua orang), dan dalam buku ini ia menurut saya sudah lebih dewasa, dan matang. Gaya penulisannya juga jauh lebih baik jika dibanding buku-bukunya yang lain.
Buku ini membahas tentang bagaimana membuat sebuah karya, atau produk, yang abadi (Perennial), dan masih bisa dinikmati oleh orang lain dalam 5, 10, bahkan 50 tahun dari karya itu diluncurkan.
Untuk buku yang berisi strategi jangka panjang, isinya cukup praktis, dan banyak studi kasus yang menarik untuk saya. Termasuk bagaimana penulis seperti Robert Greene, itu baru benar-benar dikenal baru setelah 10 tahunan dari buku pertamanya.
Pola yang sama juga terjadi di Dan Brown, ia baru benar-benar mendapatkan momentum karirnya pada buku Da Vinci Code, padahal sebelumnya ia sudah menulis beberapa buku selama beberapa tahun.
Detailnya di sini
[1.11] It Doesn’t Have To Be Crazy At Work
Lihat postingan ini di Instagram
Buku selanjutnya dari duo Jason Fried dan DHH.
Jika Anda belum membaca buku mereka Rework saya sarankan mulai dari sana. Buku ini sudah lebih banyak membahas kultur perusahaan, membangun manusia dan bisnis yang lebih baik dan lebih berdampak. Bukan bisnis yang membuat sibuk orang-orang didalamnya.
Detailnya di sini
[1.12] A Man & His Watch
Buku yang tidak ada hubungannya dengan bisnis, menceritakan orang-orang dan cerita di balik jam tangan yang mereka kenakan. Aneh? Tapi justru menggunakan jam tangan sebagai jangkar yang menyatukan semua cerita ini yang membuatnya menarik.
Buku ini direkomendasikan oleh seorang teman saya yang memang seorang kolektor (atau tepatnya, penggila) jam tangan.
Saya pribadi bukan seorang kolektor jam tangan, tapi, jam tangan yang saya kenakan saat ini juga memiliki cerita yang mendalam dibelakangnya. Dalam buku ini, saya menemukan pola yang serupa, terkadang jam tangannya biasa saja, cerita dibelakangnya yang membuatnya menjadi luar biasa.
Detailnya di sini
[1.13] Beliefs
Robert Dilts, penulis buku ini, berhasil membantu ibunya sembuh dari kanker parah, dengan hanya berbekal pikiran positif, dan keyakinan (belief) yang ia bantu tanamkan ke ibunya.
Walaupun tidak ada hubungannya dengan buku Bruce Lipton diatas, buku ini memiliki tema yang sangat mirip, bagaimana kondisi fisik, itu sangat dipengaruhi oleh pikiran dan keyakinan.
Karenanya, seseorang harus berhati-hati dengan apa yang ia pikirkan, rasakan, katakan, dan prasangkanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih)
[1.14] Words That Change Minds
Dari buku ini saya berkenalan dengan yang namanya LAB Profile atau Language And Bevahiour Profile.
Buku ini menjelaskan bahwa kita bisa mengetahui perilaku yang terdiri dari ciri motivasi yang mendorong seseorang setiap hari dan tipe pekerja yang bagaimanakah orang tersebut hanya dari kata-kata yang ia ucapkan atau tuliskan.
Pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi saya saat menjalankan KIRIM.EMAIL dimana tahun ini kami bekerja secara remote dari total 25 kota berbeda di Indonesia.
[1.15] The Bullet Journal Method
Mungkin sudah 2 tahun lebih saya mendengar tentang metode Bullet Journal.
Metode ini ditemukan oleh seorang desainer, Ryder Caroll untuk menyelesaikan masalah ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) yang ia miliki sejak kecil. Setelah lebih dari 20 tahun mencari cara agar pikirannya bisa tetap fokus dan mengingat lebih banyak hal, ia akhirnya menemukan metode Bullet Journal ini.
Awalnya saya pikir ini sangat merepotkan. Di dunia yang saat ini serba digital, dan semua catatan saya bisa sync melalui cloud, untuk apa lagi journal atau buku catatan analog, buku catatan dan pulpen? Jangan salah, selama ini saya cukup banyak mencatat, saya hampir selalu bawa buku catatan kemana-mana. Terutama saat sedang ikut seminar/ kelas/ workshop. Karena jauh lebih cepat dan praktis daripada mencatat via HP / laptop.
Tapi saat pertama melihat videonya, saya jadi makin tidak suka metode ini, apalagi pada bagian dimana kita harus memberikan nomor halaman ke buku catatan kita. Itu artinya, buku catatan standar yang 180+ halaman itu harus ditandai halamannya satu persatu? Repot!
Namun di tengah perjalanan saya bertemu dengan pemilik ADHD lain, dan menjelaskan bahwa nomor halaman itulah yang justru menjadi kunci keberhasilan Bullet Journal.
Kendala saya bukan di mencatatnya, namun, saat harus membaca lagi catatan itu, buku catatan saya sangat berantakan. Sehingga jadi sulit menemukan sesuatu yang sudah pernah saya tulis sebelumnya.
Disinilah Bullet Journal menunjukkan pesonanya.
Tepat di bulan November 2018, saya akhirnya mencoba Bullet Journal dengan panduan dari buku ini. Dan ternyata, saat saya menulis ini, kurang dari 2 bulan kemudian, buku catatan yang tadinya kosong itu sudah hampir penuh, karena mudahnya sistem ini menyatukan isi kepala saya yang berantakan dan melompat-lompat, saya jadi rajin sekali mencatat semua hal.
Anda TIDAK harus membeli buku ini jika ingin mencoba metode Bullet Journal. Semua tutorial yang Anda butuhkan untuk memulai, itu sudah lengkap di websitenya, atau langsung saja ke YouTube, sudah ada ribuan video yang membahas Bullet Journal.
Jadi Anda tinggal beli buku catatan yang cukup bagus (dan kalau bisa yang agak tebal), dan langsung mulai sekarang juga. Tapi, buku Bullet Journal Method ini membahas metode ini secara lebih mendetail, dan ada beberapa hal baru yang tidak ada di website atau di YouTube jika Anda ingin serius dalam Bullet Journal.
Websitenya di sini
[1.16] NLP In Action
Buku dari guru NLP saya Pak Wiwoho.
Saya cukup banyak mengoleksi buku beliau, namun dari beberapa yang saya baca sejauh ini, buku ini yang menurut saya terbaik. Isinya sangat aplikatif, namun menurut saya tidak semua orang akan bisa mendapatkan manfaat dari buku ini.
Saran saya, paling tidak sebelumnya seseorang sudah menguasai dasar-dasar NLP, termasuk Ericksonian model, sebelum membaca buku ini agar bisa mengambil manfaatnya.
Detailnya di sini
[1.17] How To Get Rich
Ini buku yang nyebelin sekaligus salah satu buku paling jujur yang saya baca tahun ini. Judulnya sudah menggambarkan apa isinya. Tapi, Felix Dennis, penulis buku ini, seperti memberikan pilihan ke pembacanya.
Ia seolah berkata:
“Ini cara saya, mau diikuti ya silahkan, ini resikonya kalau menjalankan, kalau tidak mau diikutin ya sudah… Tidak apa-apa, saya udah kaya kok”.
Banyak buku bertema serupa, tapi kebanyakan di dalamnya seperti ingin jualan lagi cara menjadi kaya selanjutnya. Tidak dengan buku ini. Felix hanya bercerita apa adanya.
Saat ia berbuat kesalahan, ia bilang ia salah. Saat ternyata momentumya tepat, maka ia mengambil pelajaran. Seperti cerita saat Bruce Lee meninggal, bertepatan dengan biografi yang ditulisnya akan rilis, dan dengan cepat menjadi best seller.
Seru, lucu, cuek, tidak semua isinya baik, tapi paling tidak ia jujur.
[1.18] The Hard Thing About Hard Things
Entah sudah berapa orang menyarankan saya baca buku ini, akhirnya tahun ini saya baca juga, dan memang benar isinya bagus. Beberapa isinya disampaikan dengan kasar, dan keras, tapi justru itu yang membuat saya jadi sevibrasi dengan buku ini, karena beberapa kejadian serupa saya alami langsung.
Ben Horowitz cukup gamblang menuliskan perjalanannya di sini dari mulai sebelum era dotcom, dinamika hubungannya dengan partner bisnisnya: Marc Andressen, dan tantangan yang luar biasa yang harus ia hadapi, termasuk beberapa keputusan tidak populer yang harus ia ambil.
Saya baca (atau mendengar) buku ini dalam format Audiobook saat saya harus menyetir sendirian dalam perjalanan keluar kota. Dan buku ini berhasil membuat saya melek terus sepanjang perjalanan, pulang dan pergi.
[1.19] The @pmarca Blog Archive
Buku ini adalah kumpulan blog nya Marc Andressen, rekannya Ben Horowitz diatas. Buku ini pada dasarnya bisa Anda download gratis, dan isinya adalah nasihat-nasihat tentang membangun startup dari sudut pandang seorang praktisi, dan seorang investor.
Apa yang dilihat investor dari sebuah startup? Disini ada petunjuk lengkapnya. Walaupun Anda tidak berniat menerima investor, tetap beberapa hal dalam buku ini akan menjadi catatan pembelajaran yang bagus.
Download ebook-nya di sini
[1.20] Deep Work
Cal Newport adalah salah satu penulis buku paling kongruen yang saya tahu sampai saat ini. Semua yang ia tulis di bukunya, benar-benar selaras ia jalankan dalam kehidupannya sehari hari.
Sampai saat saya menulis ini, ia masih belum memiliki akun social media. Ini menunjukkan betapa selarasnya apa yang ia katakan dengan apa yang ia lakukan. Kualitas yang tidak dimiliki oleh banyak penulis.
Dan dalam Deep Work, ia menunjukkan bagaimana bekerja dan kenapa skill untuk bekerja tanpa terinterupsi semakin langka dan semakin berharga saat ini.
Buku ini adalah salah satu pemicu kenapa di HP saya saat ini tidak ada satupun aplikasi social media. Bahkan tidak ada lagi browser, sehingga saya tidak bisa mengakses social media sama sekali saat jauh dari laptop. Dan ternyata, saya tidak merasa kekurangan satu apapun.
[1.21] How To Stay Alive
Salah satu ritual saat menemani istri saya sedang belanja di sebuah supermarket, adalah singgah ke toko buku yang ada disana. Dan saat itu buku ini ada di salah satu rak terdepan di toko buku tersebut. Ternyata isinya luar biasa praktis dan menurut saya bagus sekali.
Saya bukan berharap ada bencana, na’udzubillahimindzalik… Tapi buku ini sangat praktis, dan di bagian akhir setiap babnya ada poin-poin yang mudah kita ingat saat mengalami situasi darurat.
Buku ini membahas mulai dari yang dasar, seperti bagaimana membuat api, bagaimana mematikan api (jika ada). Hingga situasi yang cukup extreme, seperti bagaimana menyelamatkan diri dari banjir bandang, tersesat di dalam gua, atau saat akan diserang ikan hiu.
Beberapa hal di buku ini benar-benar tidak kepikiran sebelumnya. Tapi Bear Grylls, penulis buku ini, sudah mengalaminya langsung, dan membagikan pengalamannya ke kita, yang mudah-mudahan (Aamiin…), membuat kita jadi lebih siap saat sesuatu terjadi.
Melihat cukup banyak bencana besar yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018, menurut saya tidak ada salahnya kita mempelajari bagaimana caranya bertahan hidup dalam situasi genting.
Lihat detailnya di sini
[2] Podcast
Podcast masih menjadi media pilihan utama saya untuk belajar, memodel, dan mengupdate sesuatu yang baru saat sedang berada di dalam perjalanan. Apalagi jika saya menggunakan transportasi umum seperti kereta atau pesawat.
Podcast yang bagus sering membuat saya berharap perjalanannya sedikit lebih lama, agar bisa mendengar sampai habis. Beberapa podcast di bawah ini membuat hari-hari saya di tengah kemacetan dan antrian menjadi lebih bermanfaat dan berwarna.
Walaupun beberapa episode di bawah ini saya share dalam bentuk video, semua di bawah ini saya dengarkan dalam format audio melalui aplikasi podcast. Ini beberapa episode podcast pilihan saya tahun ini:
[2.1] Without Fail – Episode: Ron Johnson
Ron Johnson adalah orang yang diajak oleh Steve Jobs saat akan membuat dan membuka Apple Store yang pertama. Banyak obrolan filosofis tentang retail di sini, dan sisi lain dari bekerja sama dengan Steve Jobs. Yang ternyata, masih sering menelepon hanya untuk ngajakin ngobrol.
[2.2] Joe Rogan – Episode: Matthew Walker
Jika ada iklan kesehatan seperti ini:
Telah ditemukan perawatan terbaru yang bisa membuat usia seseorang lebih panjang. Perawatan ini juga bisa meningkatkan daya ingat, dan membuat kita menjadi lebih kreatif. Tidak hanya itu, perawatan ini juga akan membuat seseorang lebih terlihat menarik. Membuat kita tetap langsing dan menurunkan hasrat makan berlebih. Ini juga akan melindungi dari kanker, demam, dan flu. Mengurangi resiko sakit jantung dan stroke, juga diabetes. Perawatan ini juga akan membuat kita lebih bahagia.
Apakah Anda akan tertarik? Mungkin perawatan ini akan menjadi perawatan medis termutakhir abad ini. Tapi ternyata perawatan itu adalah tidur. Tepatnya tidur yang cukup dan berkualitas.
Episode ini benar-benar menyadarkan saya akan pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas. Kurang tidur itu bukan lencana kehormatan.
Matthew Walker sebenarnya tahun ini juga meluncurkan buku Why We Sleep, dan saya sudah memiliki bukunya, namun sampai saya menulis ini, saya belum membacanya sama sekali. Tapi mendengar percakapan disini menurut saya sudah cukup untuk rasanya ingin meminta semua orang untuk sering-sering tidur yang berkualitas.
[2.3] Choiceology – Episode: Temptation Of Now
Ada satu cerita yang luar biasa tentang seorang anak yang memiliki ibu yang super keras dan super irit (pelit), yang ternyata, menyimpan rahasia besar yang anak itu baru ketahui saat ibunya sudah meninggal.
Episode ini mengingatkan saya bahwa manusia ini memang sulit sekali menunda kesenangan, dan mudah tertarik dengan godaan yang ada didepan mata. Dan sepertinya kita sulit sekali belajar, kecuali sudah kena batunya.
Klik di sini untuk mendengar
[2.4] Choiceology – Episode: Everybody’s Doing It
Podcast yang sama dengan episode berbeda. Kali ini membahas kecurangan (doping) diantara atlet balap sepeda, yang ternyata, sangat umum sekali. Saking umumnya, jadi rasanya bodoh kalau kita tidak ikutan menggunakan doping.
Di episode ini, saya mengambil pelajaran bahwa sesuatu yang umum dilakukan, belum tentu benar dilakukan. Namun, tidak ikut melakukannya, ternyata juga ada konsekuensinya. Dan konsekuensinya bisa berdampak besar bagi kita.
Klik di sini untuk mendengar
[2.5] Impact Theory – Episode: Ken Berry
Saya bukan penggemar berat diet keto. Banyak teman-teman saya sudah mendapatkan manfaatnya, tapi sepertinya saya tidak jodoh dengan pola diet yang satu ini. Tidak natural untuk habit saya.
Namun, diskusi ini sangat menarik sekali, karena Ken Berry mengujicoba banyak mitos kesehatan yang umum di masyarakat dengan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan, yang dalam prosesnya, ternyata banyak yang terbukti tidak tepat.
Misalnya tentang vitamin D dan ibu hamil, dimana ibu hamil yang kurang terpapar cahaya matahari, akan mengakibatkan anaknya kurang vitamin D, ternyata mitos ini keliru (saya adalah salah seorang yang sempat percaya).
Episode ini bisa membuat seseorang mempertanyakan semua yang orang katakan sampai ia mencobanya sendiri.
[2.6] Masters Of Scale – Episode: Mark Pincus
Tahun lalu, podcast ini sudah saya tulis menjadi salah satu podcast terbaik yang saya dengar, dan ternyata, tahun ini masih tetap saya rekomendasikan, terutama episode ini.
Zynga mungkin saat ini sudah tidak populer lagi, namun bagaimana mereka mengujicoba sebuah produk secara cepat, dan mengolah feedback yang mereka terima lebih cepat lagi, membuat episode ini menjadi salah satu yang nempel terus di kepala saya.
Dengarkan di sini
[2.7] Grant Cardone – Episode: Ryan Serhant
Sebelum saya berhenti total menonton TV, salah satu acara TV favorit saya dulu adalah Million Dollar Listing. Acara tersebut berisi perjalanan broker properti menjual properti dengan lokasi premium di Amerika, dengan harga yang super premium juga.
Acara ini mengajarkan saya bahwa sebenarnya tidak ada produk yang sulit dijual, saya saja yang tidak tahu cara menjualnya. Dan melihat cara mereka mengelola database prospek, kemudian menjual melalui telepon dan kadang presentasi langsung sebelum akhirnya closing deal, benar-benar pelajaran pitching kelas dunia.
Beberapa pembeli bahkan TIDAK melihat propertinya sama sekali, hanya mengirimkan perwakilan mereka di Amerika, dan melihatnya melalui foto/ video yang dikirimkan. Sangat tidak biasa mengingat properti yang terjual nilainya jutaan Dollar.
Ryan Serhant adalah salah seorang broker yang ada di acara TV tersebut.
Yang unik dari cerita ini adalah bahwa Ryan itu berasal dari keluarga yang mampu. Hidupnya tidak pernah susah-susah amat. Tapi ia memilih meninggalkan keluarganya dan memulai karir baru sebagai model/ bintang film, namun akhirnya ia “terdampar” sebagai broker.
[3] Video
Saya termasuk jarang menonton video, apalagi di YouTube saat ini format yang populer itu vlog dan talking head. Vlog hampir tidak ada manfaatnya, dan talking head? Buat apa saya melihat kepala orang berbicara? Lebih baik mendengar podcast, bisa sambil nyetir atau melakukan hal lain.
Toh saat bagian visualnya dibuang ternyata isinya masih dengan mudah dipahami. Karena kalau visualnya hanya kepala yang berbicara, untuk apa ditonton?
Pun begitu, YouTube memang merupakan salah satu media belajar terbaik jika kita mencari dengan cukup baik. Dan berikut ini adalah beberapa video terbaik yang saya tonton dan memenuhi catatan saya:
[3.1] Biology Of Beliefs
Video ini adalah yang akhirnya membuat saya mencari bukunya Bruce Lipton dengan judul yang sama diatas. Video ini hanya setengah, sisanya bisa Anda lihat langsung di website londonreal.com (harus mendaftar).
[3.2] Audience VS Traffic
Apakah Anda memiliki traffic? Atau Anda memiliki audience? Ini hasil dari perbedaannya.
[3.3] How The Economic Machine Works
Dalam 30 menit, Ray Dalio berhasil menjelaskan dengan sangat sederhana bagaimana ekonomi (terutama makro) bekerja. Dan kenapa krisis ekonomi itu siklus yang berulang, dan bagaimana polanya yang berulang ini bisa tidak dirasakan oleh masyarakat awam. Karenanya, masih banyak yang kaget/ tidak siap saat terjadi krisis.
[3.4] How I Climbed 3,000-foot Vertical Cliff — Without Ropes
Melihat dan mendengar Alex berbicara entah kenapa menurut saya sangat menenangkan. Mungkin karena memang orangnya sangat tenang. Intonasinya datar, matanya tidak berapi-api, gerak tubuhnya pelan dan kokoh.
Mungkin karena inilah ia bisa memanjat solo, alias memanjat tebing yang tinggi dan curam, tanpa menggunakan perangkat keselamatan sama sekali. Hanya tangan kosong dan kapur, dan tebing…
Entah nyali level berapa yang dimiliki orang ini.
Saat saya menulis ini, film dokumenter mengenai cerita ia memanjat tebing ini sedang akan dirilis. Namun, melihat presentasi TED ini menurut saya sudah cukup membuat merinding.
[3.5] Chase Jarvis – Episode Jason Fried
Sebagian besar topik pembicaraan ini ada di buku It Doesn’t Have To Be Crazy At Work diatas. Namun tetap menyenangkan (dan mendidik) melihat Jason Fried berbicara.
[4] Aplikasi
Dan sebagai penutup, ini beberapa aplikasi yang paling sering saya gunakan, dan paling membantu saya di tahun ini.
[4.1] KIRIM.EMAIL Add-on
Ya tentu saja ini harus ada kan :-p
Tahun ini kami bereksperimen dengan merilis KIRIM.EMAIL Add-on, fitur-fitur tambahan di KIRIM.EMAIL.
Add-on pertama: Automation, kami rilis awal tahun ini dan mendapatkan sambutan yang cukup baik, Alhamdulillah…
Tapi setelah ini, Anda bisa menikmati semua fitur add-on atau fitur tambahan ini sekaligus dengan berlangganan KIRIM.EMAIL Pro.
Klik di sini untuk mempelajari detailnya
[4.2] Basecamp
Tahun ini, KIRIM.EMAIL juga “pindah kantor” dari Facebook Workplace ke Basecamp. Detail cerita ini sudah pernah saya tulis di sini
[4.3] Firefox Focus
Browser mobile terbaik, titik.
Download di sini
[4.4] 1.1.1.1 (mobile)
DNS dari Cloudflare, tapi dalam bentuk aplikasi mobile. Paling tidak menambah satu langkah untuk keamanan.
Download di sini
[4.5] Appear.in
Aplikasi video call yang kami gunakan untuk ngobrol internal, ataupun untuk presentasi dengan klien. Super sederhana, cepat, tanpa login, tanpa ribet.
Daftar di sini
[4.6] Dynalist
Salah satu penemuan terbaik manusia di abad 21.
Daftar di sini
[4.7] IKLAN.EMAIL (beta)
IKLAN.EMAIL adalah layanan marketplace iklan dari KIRIM.EMAIL. IKLAN.EMAIL akan mempertemukan orang-orang yang memiliki database email berkualitas, dengan orang-orang yang ingin beriklan ke database tersebut. Jadi, Anda tetap bisa beriklan, walaupun tidak memiliki database email, dan tanpa jual beli database. Jadi aman.
Saat baru beberapa hari buka, IKLAN.EMAIL langsung overdemand, dimana terjadi ketimpangan besar antara jumlah pengiklan dengan jumlah broadcaster (orang yang membroadcast email).
Namun akhirnya masalah ini berhasil selesai, dan dalam waktu 1 bulan lebih sedikit, IKLAN.EMAIL sudah mengirimkan 165,120 email promosi.
Lihat keterangannya di sini
[5] Lain-lain
Pergelangan tangan saya sering sakit beberapa bulan yang lalu karena intensitas saya yang tinggi di depan laptop dan mengetik. Istilahnya Carpal Tunnel Syndrome.
Jika Anda mengalaminya juga, saya sudah mencoba solusi ini, dan berhasil. Mungkin akan berhasil juga di Anda.
Disclaimer: Saya bukan dokter dan tidak punya latar belakang kesehatan, apalagi kesehatan pergelangan tangan. Saya hanya mencoba ini ke diri saya sendiri, silahkan gunakan ini dengan bijak.
Pelajari caranya di sini
Alhamdulillah.. Akhirnya selesai juga.
Saya sering memposting di Instagram tentang buku-buku yang sedang saya baca. Anda bisa melihat Instagram saya di sini untuk update terbaru.
Apa buku terbaik yang Anda baca, aplikasi yang Anda gunakan, atau mungkin podcast yang Anda dengar tahun ini? Share di komen ya?
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024