fbpx

Episode 37 – Penjual Ludah

Bismillah…

Istilah Penjual Ludah muncul di mulai heboh di sekitar Maret atau April 2018 dari seorang pengusaha untuk menggambarkan sebuah profesi. Nampaknya, istilah ini pun hingga saat ini (Desember 2018) masih belum hilang. Jadi, topik ini masih relevan untuk dibahas karena ada sesuatu yang perlu diluruskan terkait hal ini.

Penjual Ludah sendiri muncul untuk merujuk kepada profesi yang dianggap hanya menjual “cuap-cuap” atau kata-kata semata. Istilah ini berkonotasi negatif sehingga agak kurang pas sebenarnya untuk disematkan pada profesi seseorang.

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Kenapa Istilah penjual Ludah Kurang baik?

Tentunya memberi sebutan atau gelar yang buruk bukanlah ajaran di agama apapun. Dalam ajaran Islam sendiri juga tidak ada tuntunan untuk memberi sebutan buruk pada orang lain. Sayang, umumnya yang kerap kali memberi sebutan buruk seperti ini, justru adalah mereka yang mengaku beragama Islam. Padahal larangannya sudah jelas di dalam Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 11 yang bermakna:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Ini pun masih berlanjut di ayat berikutnya, yaitu ayat 12:

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.”

Penjual Ludah atau disingkat PL muncul dari seorang pebisnis yang mengacu pada mereka yang bukan praktisi bisnis namun “cuap-cuap” tentang bisnis. Ia menganggap bahwa yang bukan pebisnis tidak pantas berbicara tentang hal tersebut.

Pertanyaannya, apakah setiap ucapan pebisnis yang mengeluarkan istilah PL tersebut adalah yang benar dan yang lain salah?

Jawabannnya, belum tentu.

Dari pengalaman Saya menghadiri beragam seminar atau acara bisnis, justru para pengusaha yang menjadi pembicara, banyak yang cara komunikasi dan apa yang disampaikannnya cenderung minim manfaat, sehingga peserta yang hadir pun bosan dan menjadi malas untuk mendengarkan.

Benarkah Membicarakan Bisnis Tanpa Berbisnis?

Yang menjadi pertanyaan kini, apakah benar bila seorang yang tidak memiliki bisnis bicara tentang bisnis? Ada yang menganalogikan pertanyaan ini dengan pelatih renang yang tidak bisa berenang. Sehingga yang tidak punya bisnis, maka tidak boleh bicara bisnis.

Jawaban yang mungkin paling pas untuk pertanyaan diatas adalah tergantung konteksnya. Melihat perkataan seseorang bukan dari benar tidaknya, namun apakah bermanfaat atau tidak.

Jika dia bukan pebisnis, namun apa yang disampaikannya bermanfaat positif, tentu pantas kita cermati dan dengarkan.

Karena yang pantas menentukan benar atau salah, halal atau haram hanya Tuhan melalui ajaran agamanya.

Cara Sopan Mencegah Seseorang Dari PL

Lalu ada pertanyaan lagi : “Tapi kan sebutan PL itu untuk mencegah seseorang terjebak PL yang lain?”

Ya, silahkan diingatkan dengan sopan, tidak perlu dengan menghina atau mengejek orang lain dengan sebutan yang kurang pantas seperti “PL”.

Banyak jalan menuju Roma dan banyak cara untuk mengingatkan pada kebaikan tanpa menghina atau melakukan hal buruk lainnya.

Cara menyampaikan menjadi penting dibandingkan isinya. Karena jika cara menyampaikannya buruk meski pesannya baik, maka bukannya menjadikan seseorang lebih baik, tapi marah membuat ia sakit hati.

Bukan Pebisnis Yang Memberi Perubahan Bisnis

Silahkan cari dan baca buku “Business Model Generation” karya Alexander Osterwalder. Ia adalah seorang mantan atlet voli yang kemudian menjadi akademisi. Memiliki usaha business training, tapi itupun baru muncul setelah ia meluncurkan buku ini.

Ia adalah pelopor perubahan konsep dalam mebangun business model di dunia saat ini. Namun seperti Anda ketahui, beliau bukan pebisnis. Ini membuktikan manfaat lebih penting dibandingkan benar atau tidaknya seseorang berbicara terkait sesuatu.

Dari ratusan juta pebisnis di dunia ini, justru yang memikirkan tentang inovasi business model adalah seorang mantan atlet voli. Buku ini sendiri benar-benar memberi pandangan baru tentang bagaimana memperbaiki bisnis ke arah yang lebih baik yang juga diterapkan di KIRIM.EMAIL.

Salah satu konsep yang paling menarik dari buku ini adalah perubahan business model mendorong bisnis itu berubah tanpa mengganti nama maupun merek. Contoh kasusnya adalah marketplace Tiongkok Taobao yang ternyata sudah berubah business model tiga kali tanpa diketahui konsumennya.

Kembali, fokuslah pada manfaatnya, bukan benar atau salah.

Contoh dari dalam negeri ada Pak Tung Desem Waringin. Beliau pernah memposting di instagramnya, apakah boleh belajar dari orang yang merasa paling benar dan merendahkan orang lain, beliau bilang, boleh. Asal, yang disampaikan memang bermanfaat.

Jika Anda punya kesabaran untuk belajar dari orang yang merasa paling benar, silakan untuk melakukannya, meskipun yang yang rendah hati dan ucapannya bermanfaat juga masih ada di dunia ini, terutama di Indonesia.

Berhentilah Merendahkan Orang Lain

Mengingatkan bisa dengan cara yang lebih menyejukan dibandingkan dengan menyematkan julukan atau sebutan yang merendahkan orang dari profesi atau pilihan berbeda dengan kita. Saya pernah kurang setuju dengan postingan salah satu business coach. Saya memutuskan untuk menghubungi orang tersebut via komunikasi pribadi di Facebook lalu mengingatkan secara baik-baikbahwa postingan tersebut kurang pantas dan sebaiknya dihapus.

Terlepas dihapus atau tidak, yang terpenting adalah Saya sudah mengingatkan.

Pebisnis Yang Sulit Menyampaikan Idenya

Pebisnis yang handal dalam berbisnis namun sulit saat diminta menyampaikannya strateginya ke orang lain pun ada. Dan itu bukan hal yang salah. Toh, bisnisnya berjalan dengan baik. Maka diperlukanlah orang yang mampu menjembatani atau mengkomunikasikan itu ke khalayak umum. Seringkali yang mampu mengkomunikasikan itu, bukanlah praktisi bisnis.

Intinya, ilmu bisa datang dari siapa saja, yang terpenting manfaatnya. Maka jika Anda punya ide bisnis yang menarik untuk dibagikan secara luas, silahkan sampaikan dengan mengirim email ke [email protected].

Semoga pembahasan kali ini bermanfaat bagi Anda. Terima kasih.

Dengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast langsung dari HP Anda

Agar tidak ketinggalan update episode terbaru KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast, Anda bisa men-download dan mendengarkannya langsung melalui HP Anda, caranya:

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *