Selamat datang di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast bersama saya Fikry Fatullah. Episode kali ini masih didukung oleh KIRIM.EMAIL, sebuah layanan email marketing yang kami desain untuk pebisnis online di Indonesia. Anda bisa mendapatkan diskon 10% untuk berlangganan email marketing di KIRIM.EMAIL dengan memasukkan kode kupon KEPO di kolom kupon pada saat mendaftar.
Pada KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast Episode 51 ini saya kedatangan tamu yang istimewa. Seorang yang sudah cukup lama berkecimpung di dalam dunia internet marketing tetapi usianya masih sangat muda. Namanya adalah Bramantya Farid.
Dulu saya mengenal beliau sebagai seorang pakar SEO yang sudah mendapatkan banyak prestasi baik nasional maupun internasional. Yang menarik saat ini beliau membuat software yang memudahkan kita dalam mengelola iklan Facebook Ads. Nama softwarenya adalah Managix.
Satu hal yang menurut saya perlu kita perhatikan dalam diskusi ini adalah bahwa Bram mendapatkan esensi dari SEO maupun Facebook Ads dengan mencoba banyak hal. Dan apa yang dia sampaikan itu merupakan hasil dari berbagai macam percobaan yang dia lakukan.
Dan yang paling penting adalah dari setiap percobaan itu ada metric yang harus kita pahami. Mana saja yang metric yang penting dan mana saja metric yang populer. Kalau kita hanya mengurusi hal yang tidak penting, maka hal yang penting bisa jadi tidak terurus. Karena waktu kita terbatas, sumber daya kita terbatas sedangkan metric itu ada banyak sekali.
Kalau kita salah fokus pada metric-metric yang tidak penting biarpun itu metric populer, maka pengukuran kita bisa jadi salah dan keputusan yang diambil juga tidak tepat.
Diskusi kali ini dengan Bram akan membahas tentang hal tersebut. Tentang membedakan metric mana saja yang penting untuk bisnis Anda dan metric mana saja yang populer dan tidak terlalu penting.
Berikut diskusi saya dengan Bramantya Farid.
Daftar Isi
Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang
Apa yang membuat Bram berpindah dari SEO ke Facebook Ads?
Dulu Bram dikenal sebagai seorang yang ahli SEO. Namun belakangan dia dikenal sebagai praktisi Facebook Ads yang juga mengajarkan Facebook Ads ke banyak orang. Tentunya bukan tanpa alasan Bram melakukan hal ini.
Berdasarkan penjelasan Bram, sebenarnya ini tidak berpindah. Karena Bram memulai Facebook Ads itu dari tahun 2010 dan bersamaan dengan mempelajari SEO. Hanya saja waktu itu yang dia fokus dan serius ada di SEO nya. Kemudian pada perjalanannya setelah sukses di SEO, Bram ingin tantangan lain yaitu fokus ke Facebook Ads.
Apa kriteria memilih channel A atau channel B bagi bisnis yang baru mulai?
Menurut Bram, dalam memilih channel untuk bisnis yang baru mulai sebaiknya berdasarkan informasi yang pertama kali didengar dan apa komunitas yang ada di sekitarnya. Jika seorang pebisnis pertama kali mendengar channel Facebook Ads dan disekitarnya ada komunitas tentang Facebook Ads, maka Facebook Ads bisa dipilih sebagai channel pemasarannya.
Begitu juga dengan channelnya adalah Google Ads. Jika informasi yang pertama kali didengar adalah Google Ads dan ada komunitas Google Ads disekitarnya, maka Google Ads bisa digunakan sebagai channel pemasaran yang pertama.
Peran komunitas di sini juga cukup penting. Ketika Anda tidak memahami sesuatu atau ada kendala terhadap channel yang Anda pilih, komunitas bisa membantu Anda mencarikan solusi.
Dan menurut saya, jawaban dari Bram ini unik. Setiap orang yang saya tanya tentang channel selalu jawabannya strategik. Tetapi Bram menjawab dalam memilih channel itu dimulai dengan apa yang kita punya dulu. Kalau kenalnya Facebook Ads ya Facebook dulu yang kita pakai. Kalau kenalnya tentang SEO, ya SEO kita pakai dulu sebagai sumber traffic dan channel pemasarannya.
Memulai digital marketing dari hutang
Bram menuturkan bahwa dirinya sempat terjebak hutang dalam menjalankan digital marketing. Sejak tahun 2005 Bram sudah mulai baca-baca buku Tung Desem Waringin. Kemudian pada 2009 mendapatkan email dari Pak Tung Desem tentang internet marketing. Dari email ini Bram kemudian Bram mengikuti workshopnya.
Pada saat mempraktekkan ilmu dari workshop tersebut, Bram mengajukan pinjaman ke bank sejumlah Rp80 juta. Kemudian beberapa bulan kemudian ada tambahan lagi hutang Rp20 juta sehingga totalnya adalah Rp100 juta.
Dari uang tersebut Bram jadi tidak terkontrol. Kursus dan tools apapun dia beli dan sampai pada akhirnya uang itu habis untuk mencoba semuanya.
Dari berbagai macam kursus dan tools itu ternyata pendapatannya tidak kunjung datang. Sampai pada akhirnya Bram mengevaluasi bisnisnya, mana yang paling menghasilkan dan mana yang tidak dia pisahkan. Dan yang paling menghasilkan saat itu adalah bisnis jaketnya. Kemudian Bram optimasi websitenya dan kerjasama dengan teman-temannya, sampai dia mendapatkan orderan jaket hingga Rp300 juta per bulan.
Motivasi membuat layanan Managix
Biarpun Bram mulai terjun ke Facebook Ads sejak 2010, tetapi dia mengajarkan Facebook Ads itu sejak tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 Bram membuat software untuk Facebook yang bernama Managix.
Managix berasal dari kata manage yang berarti mengatur. Dengan managix pada dasarnya kita bisa melakukan segala macam pengaturan di Facebook Ads. Mulai dari pengaturan Fanpage nya sampai pada iklannya.
Apa metric yang pertama kali dilihat dari metrik Facebook Ads untuk campaign baru?
Menurut Bram, metric yang pertama kali dilihat untuk campaign baru ada 2, yaitu :
- Cost per result
- dan result itu sendiri.
Result itu adalah hasil yang didapatkan dari beriklan. Sedangkan cost per result itu adalah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan result.
Result ini berhubungan erat dengan objektif yang kita tentukan di depan. Misalkan objektif iklan kita adalah Video Views, maka resultnya adalah jumlah orang yang melihat video yang kita iklankan. Jika objektifnya adalah Page Like maka resultnya adalah jumlah orang yang like page kita.
Kemudian cost per result itu berhubungan dengan budget yang kita anggarkan untuk beriklan dan hasilnya. Misalkan kita menganggarkan Rp1 juta, sedangkan cost per result (video views) kita adalah Rp25.000. Sehingga dari angka ini kita bisa mendapatkan hasil sebanyak 40 orang yang melihat video kita.
Jika angka result tidak cukup, apa metric yang bisa digunakan untuk mengambil keputusan?
Dalam konteks ini ada beberapa metrics yang dilihat oleh Bram jika resultnya belum terlihat. Metrics tersebut antara lain :
- Clicks
- Unique Clicks
- Link Clicks
- Landing Page View
Menurut bram, selain metric di atas ada juga metric-metric yang populer namun tidak begitu penting seperti :
- CTM
- CTR
- Dan Relevance Score
Cara menanggulangi keraguan dalam scale up
Saya punya teman yang beriklan lewat Facebook Ads. Beliau beriklan selalu mendapatkan untung yang konsisten per hari nya katakanlah Rp1 juta per hari. Melihat iklannya untung secara konsisten beliau berniat untuk melakukan scaleup. Namun sebelum itu beliau ragu-ragu karena metric-metric populer menunjukkan “angka merah”. Kemudian beliau bertanya pada orang-orang minta pendapat apakah ini perlu discaleup atau dimatikan. Melihat metric-metric yang “merah” banyak yang bilang iklannya dimatikan saja. Dan pada akhirnya iklan tersebut dimatikan padahal keuntungan yang dihasilkan selalu konsisten.
Menyikapi hal ini Bram berpendapat bahwa untuk menanggulangi hal tersebut adalah yakin bahwa metric profit itu lebih penting dari metric apapun. Selama itu masih menghasilkan profit, lanjutkan iklannya.
Bagaimana jika sudah ikut course, beli tools tapi tidak cukup waktu untuk praktek?
Ada juga orang yang dia sudah ikut course, beli tools ini itu, beli bukunya tetapi tidak cukup waktu untuk mempraktekkan itu semuanya.
Menurut Bram apa yang sudah dibeli, baik itu course, buku ataupun tools sesibuk apapun harus dipraktekkan. Caranya ya sedikit demi sedikit. Dan Bram yakin jika sudah dipraktekkan walaupun sedikit pasti akan membuahkan hasil. Karena dalam prakteknya, langsung berhasil di dalam Facebook Ads itu jarang sekali terjadi.
Nasihat dari Bram untuk yang baru mulai scaleup
Terkait dengan scaleup Bram menasihatkan tentang keberanian. Karena kalau tidak berani percuma saja punya punya banyak uang tapi tidak berani scaleup. Menurut Bram keberanian ini berhubungan dengan pengetahuan yang bisa menimbulkan keyakinan. Tidak semua pengetahuan itu bisa menimbulkan keyakinan bahkan ada pengetahuan yang malah menimbulkan kekhawatiran.
Kemudian menurut Bram bahwa scaleup itu tidak melulu tentang anggaran atau budget. Scaleup juga perlu memperhatikan sumber daya yang lain seperti kapasitas produksi hingga kemampuan CS dalam melayani pembeli.
Itulah diskusi saya dengan Bramantyo Farid. Sangat menarik dan ada banyak insight dari diskusi ini. Jika Anda ingin menguhubungi Bram, Anda bisa kontak beliau langsung melalui Facebook di sini => https://www.facebook.com/bfp100
Jika Anda ingin menggunakan Managix atau ingin mempelajari terlebih dulu tentang apa dan bagaimana Managix itu silakan kunjungi https://kirim.email/managix. Ada penawaran menarik dari kami untuk Anda para pendengar KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast.
Dengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast Langsung Dari HP Anda
Agar tidak ketinggalan update episode terbaru KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast, Anda bisa men-download dan mendengarkannya langsung melalui HP Anda, caranya:
- Jika Anda pengguna Android, ikuti tutorialnya disini >> http://kirim.email/kepo-android
- Jika Anda pengguna iPhone, iPad, iPod Touch, MacBook, iMac, Anda bisa langsung mendengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast melalui iTunes, klik disini >> http://kirim.email/kepo-itunes
- Atau Anda bisa langsung mendengarkan seluruh episodenya melalui browser HP Anda di >> http://kepo.blog
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024