fbpx

Episode 49 – Menumbuhkan Bisnis Menggunakan Jasa Freelance – Bersama Ryan Gondokusumo

Bismillah..

Selamat datang kembali di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast bersama saya Fikry Fatullah. Pada Episode yang ke 49 ini saya kedatangan tamu spesial. Tamu spesial ini adalah salah seorang sahabat saya sejak tahun 2012 dan beliau sangat konsisten dalam menjalankan bisnisnya.

Tamu spesial ini tidak lain dan tidak bukan adalah Ryan Gondokusumo. Anda mungkin tahu dan mungkin mengenalnya sebagai Ryan Sribu karena nama usahanya adalah Sribu.com dan Sriblancer.com.

Sribu.com ini adalah sebuah perusahaan crowdsourcing yang bergerak dalam bidang desain. Cara kerjanya sederhana saja, yaitu menjembatani antara orang yang membutuhkan desain dan para desainer dalam bentuk kontes. Dari sekian hasil desain yang diikutkan dalam kontes ini selanjutnya orang yang membutuhkan desain akan memilih satu. Dan setelah itu melakukan pembayaran dari desain yang dia dapatkan.

Kemudian Ryan juga mengembangkan usahanya, tidak hanya Sribu.com saja. Maka lahirlah yang namanya Sribulancer.com. Fungsinya sama dengan Sribu.com, yaitu sama-sama menjembatani orang, yaitu para freelancer dan yang membutuhkan jasa freelancer. Namun bedanya cakupan Sribulancer ini lebih luas, tidaknya di bidang desain saja.

Bagi saya pribadi yang menarik adalah bahwa membuat bisnis model marketplace ini sangat menantang. Mungkin Anda sudah pernah mengetahui bahwa di KIRIM.EMAIL pernah ada marketplace juga yang bernama IKLAN.EMAIL. Namun ternyata IKLAN.EMAIL tidak berjalan seperti yang saya harapkan. Dari pengalaman ini membuat saya semakin penasaran dengan marketplace yang spesifik untuk jasa.

Bagi saya yang membuat bisnis marketplace ini menantang adalah menumbuhkan penjual dan juga pembeli dalam waktu bersamaan. Menumbuhkan jumlah pembeli saja bagi sebagian orang itu cukup menantang, apalagi ini menumbuhkan penjualnya juga. Maka dari itu pencapaian yang diperoleh Bukalapak dan Tokopedia sangatlah luar biasa.

Berikutnya kita akan mendengar dari Ryan tentang pengalaman beliau membuat marketplace. Tidak hanya 1 marketplace tetapi 2 marketplace. Tidak hanya itu, pada KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast ini nantinya kita juga akan belajar tentang kapan dan bagaimana seharusnya meng-hire freelancer, bagaimana kriteria freelancer yang bagus, memilih antara freelancer dengan tim tetap hingga kisah kegagalan seorang Ryan Gondokusumo.

Download Dengarkan KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast ini sampai habis karena di akhir episode ini akan ada penawaran istimewa khusus untuk Anda dari Ryan dan Saya.

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Latar belakang pendidikan dan karir Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo pernah kuliah di Indiana, Amerika. Kemudian beliau pindah ke Los Angeles selama satu tahun untuk bekerja. Pada saat di LA ini, Amerika sempat mengalami krisis Subprime Mortgage sehingga memaksa Ryan untuk pulang ke Indonesia.

Sesampainya di Indonesia Ryan sempat kerja di sebuah perusahaan data center. Di perusahaan ini Ryan bekerja selama 1 tahun dan kemudian pindah lagi ke perusahaan retail yang mempunyai holding khusus untuk California Fried Chicken (CFC), Bayu Buana dan lain sebagainya. Di perusahaan retail ini Ryan bekerja selama 3 tahun dan kemudian memutuskan keluar untuk membangun bisnisnya sendiri.

Setelah itu Ryan merintis Sribu.com yang pertimbangannya saat itu adalah ingin membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada. Karena pada saat ini perusahaan crowdsourcing online di Indonesia memang belum ada dan masih sangat asing.

Bagaimana Ryan membangun Sribu.com

Pada saat Ryan mendirikan perusahaannya, Sribu.com merupakan startup generasi kedua. Generasi pertamanya antara lain Tokopedia dan Bukalapak. Saat itu perusahaan startup masih belum seperti saat ini. Terlebih model bisnis yang dipakai oleh Ryan, yaitu sebagai marketplace crowdsourcing masih sangat asing bagi masyarakat di Indonesia.

Saat itu Ryan terinspirasi dari sebuah perusahaan di Amerika yang bernama Crowdspring. Crowdspring ini adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang crowdsourcing online dimana tim nya hanya terdiri dari 15-25 orang tetapi revenue yang mereka dapatkan sudah mencapai angka 15 juta Dollar per tahun.

Ditambah lagi dengan pengalaman Ryan dalam bidang Human Resource dan keahliannya dalam bidang UI dan UX menjadikannya semakin percaya diri dalam mendirikan Sribu.com. Walaupun saat itu di Indonesia crowdsourcing masih asing dan belum banyak yang menggunakannya.

2000 Desainer dalam waktu 3 bulan

Dalam sebuah wawancara oleh Dailysocial, menyebutkan bahwa hanya dalam waktu 3 bulan setelah Sribu.com berdiri, Ryan dan tim berhasil mendapatkan 2000 desainer.

Ryan mengungkapkan bahwa prinsipnya adalah dimana orang bisa mendapatkan pemasukan, maka disitulah dia akan pergi. Di Indonesia itu desainer ada banyak, namun banyak dari mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menjual skillnya. Belum lagi tentang belum adanya reputasi sehingga makin mempersulit untuk mendapatkan klien.

Saat itu Sribu.com hadir dengan ide menjembatani antara desainer dengan klien. Untuk mengkomunikasikan ide ini maka Ryan memilih untuk beriklan di Facebook. Tidak lama kemudian para desainer berbondong-bondong melakukan registrasi di Sribu.com. Yang belia dapatkan adalah kurang lebih 2000 desainer hanya dalam waktu 2-3 bulan saja.

Cara Sribu.com Mengatasi Plagiat

Di luar negeri pernah ada satu kasus dimana Tim Ferris memesan cover bukunya di layanan crowdsourcing seperti Sribu.com. Ada banyak desainer yang ikut tetapi Tim Ferris hanya memilih satu saja dari sekian banyak desain yang masuk. Ternyata

Di dalam marketplace crowdsourcing seperti Sribu.com sangat rawan terjadi plagiat atau penjiplakan karya. Semakin banyak desainer yang bergabung maka akan semakin besar peluang terjadinya plagiat.

Untuk mengatasi hal ini, Ryan mengatasinya melalui tiga cara, yang diantaranya :

Melakukan test sederhana

Cara pertama yang dilakukan oleh Ryan dalam mengurangi potensi plagiat adalah dengan melakukan tes sederhana. Tesnya adalah meminta desainer yang akan bergabung untuk membuat sample desain yang terkait dengan Sribu.com baik itu logo, cover buku, desain kaos dan juga merchandise. Hanya desainer yang lolos tes saja yang kemudian berhak mengikuti kontes.

Dari tes sederhana ini ada dua keuntungan yang didapatkan. Yaitu bisa mengetahui desain mana saja yang layak untuk ikut kontes, serta pengkategorian desainer. Karena ada desainer yang memang dia ahli dalam membuat logo, tetapi tidak ahli dalam membuat desain kaos. Sehingga dari tes ini hasilnya bisa menjadi rujukan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Menerapkan Private Kontes

Cara kedua yang dilakukan oleh Ryan adalah dengan memberlakukan private kontes. Maksudnya adalah ketika kontes sudah berjalan, yang bisa melihat desain yang masuk dari para desainer hanyalah klien seorang. Sehingga antara desainer yang satu dengan desainer yang lainnya tidak bisa saling melihat desainnya.

Memberikan peringatan

Jika cara pertama dan kedua seorang desainer lolos, namun tetap terbukti melakukan plagiat maka di Sribu.com ada semacam kartu kuning dan kartu merah. Kartu kuning ini diberlakukan untuk desainer yang terbukti melakukan plagiat namun tidak 100%. Konsekuensinya adalah akunnya dibanned selama 2 minggu. Kemudian setelah mendapatkan kartu kuning tetapi masih melakukan pelanggaran, maka akunnya akan dibanned selamanya, seluruh reputasinya akan hilang dan tidak bisa mendaftar dengan akun yang sama.

Kisah kegagalan Ryan Gondokusumo

Ryan dikenal sebagai seorang pebisnis yang sukses. Namun dibalik kesuksesannya ternyata Ryan juga pernah mengalami kegagalan. Dan Halo Diana adalah salah satu kegagalannya.

Dulu saya pernah diberitahu oleh Ryan bahwa beliau memperkenalkan layanan baru yang bernama Halo Diana. Halo Diana ini ada sekitar tahun 2014 akhir dan merupakan sebuah layanan personal asisten. Cara kerjanya adalah ketika Anda ingin membeli makanan, maka Halo Diana ini yang akan membelikan dan mengantarkan makanannya untuk Anda. Ketika ingin membeli tiket bioskop Halo Diana ini yang juga akan melakukannya untuk Anda.

Saat itu saya bilang ke istri layanannya memang bagus tetapi ini ada sebelum masanya. Sehingga dalam perjalanannya Halo Diana harus dihentikan operasionalnya dan kemudian GO-JEK dan Grab lah yang saat ini menguasainya.

Berdasarkan penuturan Ryan, kegagalan Halo Diana ini ada dua penyebabnya, yaitu :

  • Orderan yang masuk ke Halo Diana ini dalam satu hari bisa mencapai 1000 order. Namun untuk memenuhi order tersebut dibutuhkan orang-orang atau pihak-pihak yang mampu menyediakan orderan tersebut. Namun pada kenyataannya banyak supplier yang tidak bisa menyediakan sehingga membuat klien menjadi lama menunggu. Sehingga penyebab pertama adalah kurang siapnya sistem sehingga terjadi antrian yang cukup lama.
  • Penyebab yang kedua tentang gagalnya Halo Diana adalah pada saat itu Halo Diana masuk di semua kategori. Seharusnya tidak boleh masuk ke semua kategori.

Kelebihan freelancer dibandingkan dengan remote worker

Saat ini ada trend di Amerika dan sudah pernah dimuat di majalah Forbes kalau tidak salah, bahwa saat ini ada kecenderungan para pekerja freelance banyak yang beralih menjadi pekerja remote dimana kerja remote menawarkan keamanan dalam hal gaji maupun fasilitas.

Lalu bagaimanakah keunggulan freelancer jika dibandingkan dengan staff full time yang kerja secara remote? Ryan menjelaskan setidaknya ada 3 keuntungan meng-hire freelancer daripada staff full time secara remote.

3 Keuntungan tersebut antara lain :

  • Dengan meng-hire freelancer maka argo perusahaan tidak selalu jalan. Artinya kita membayar freelancer hanya ketika butuh saja. Kalau tidak sedang butuh maka tidak keluar biaya.
  • Tidak ada tunjangan seperti THR. Biasanya THR adalah hal yang cukup membebankan perusahaan. Pada saat jelang hari raya umumnya pendapatan perusahaan menurun dan pengeluaran semakin meningkat. Dengan meng-hire freelancer kita tidak perlu memikirkan hal-hal seperti ini.
  • Dengan meng-hire freelancer kita bisa fleksibel terhadap hasil. Jika hasilnya tidak bagus maka dengan mudah kita tinggal ganti freelancer tanpa ada beban emosi.

Kapan sebaiknya perusahaan yang baru mulai merekrut freelancer

Terkait hal ini Ryan mengatakan bahwa perusahaan yang baru saja mulai sudah bisa meng-hire freelancer. Karena jika harus menggunakan tim in house maka argo sudah jalan, belum lagi harus melakukan training dan lain sebagainya. Sementara itu pemasukan belum ada.

Namun jika pakai freelancer kita hanya mengeluarkan uang saat kita membutuhkan jasa freelancer saja. Sebagai contoh saat ini yang paling banyak dicari di Sribu.com adalah desain untuk posting di sosial media. Katakanlah klien butuh 25-30 desain untuk 1 bulan kisaran harganya adalah 4-5 juta. Sedangkan kalau kita meng-hire freelancer untuk membuat logo, itu yang paling rendah mulai Rp350.000.

Kiat menemukan freelancer yang bagus

Di dalam marketplace seperti Sribu.com sangat dimungkinkan kita menemukan beberapa freelancer yang hasil desainnya bagus, ramah serta nyambung dengan kita. Tetapi kita harus memilih satu yang terbaik dari yang terbaik.

Ryan punya solusi jika kita mengalami hal seperti di atas.

  • Pertama adalah tentang selera. Mana yang cocok dengan selera kita, maka itulah yang kita pilih.
  • Dan yang kedua adalah yang paling nyambung dengan kita. Karena chemistry itu penting dan kerjasama dalam bisnis itu jangka panjang,

Freelancer yang harus dihindari

Tidak selamanya para freelancer itu punya kualitas yang bagus dan bertanggung jawab. Ada beberapa yang memang perlu kita hindari jika kita tidak punya banyak pilihan.

Menurut Ryan ada beberapa kriteria freelancer yang perlu dihindari. Yang pertama adalah freelancer yang susah untuk dihubungi dan mundur-mundur pekerjaanya. Ryan pribadi lebih memilih freelancer yang hasilnya kurang bagus tetapi tepat waktu daripada yang hasilnya bagus tetapi molor dari deadline.

Nasihat dari Ryan

Untuk Anda yang ingin membuka bisnis, Ryan berpesan bahwa bisnis itu tidak bisa dipaksakan. Tidak setiap orang bisa menjadi seorang pemilik bisnis. Karena dengan menjadi pemilik bisnis itu sakitnya luar biasa. Contohnya ketika menjelang hari raya. Ketika uang untuk THR tidak cukup maka yang pusing adalah pemilik bisnisnya.

Jika Anda ingin menghubungi Ryan Anda bisa langsung ke Instagramnya beliau di sini => https://www.instagram.com/rgondoku/. Atau Anda bisa juga bertemu dengan Ryan di blog.sribu.com.

Penawaran khusus untuk Anda

Jika Anda butuh desain seperti logo, brosur dan lain sebagainya. Anda bisa kunjungi kirim.email/sribu. Ada harga istimewa untuk Anda karena sudah mendengarkan KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast Episode 49 ini.

Demikian KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast Episode 49 ini. Saya Fikry Fatullah dan sampai bertemu di Episode selanjutnya.

Dengarkan KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast Langsung Dari HP Anda

Agar tidak ketinggalan update episode terbaru KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast, Anda bisa men-download dan mendengarkannya langsung melalui HP Anda, caranya:

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *