Bismillah…
Selamat datang di KEPO – KIRIM.EMAIL Podcast yang didukung oleh KIRIM.EMAIL yang memiliki spesialisasi dalam mengirimkan email dalam volume besar dan juga EmailKerja yang memungkinkan Anda dan tim memiliki alamat email profesional.
Pada episode kali ini saya ingin mengangkat sebuah cerita tentang Santo Suruh yang sedang heboh saat ini dengan aku instagramnya @suruh_santo yang saat saya merekam podcast ini sudah memiliki sekitar 40 ribu follower.
Dengarkan melalui Spotify atau Aplikasi Favorit Anda disini:
Daftar Isi
Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang
Seperti namanya, Santo Suruh ini adalah jasa yang dijual oleh Mas Santo pemiliknya, intinya beliau mau disuruh apa saja, dari mulai membersihkan rolling door, disuruh belanja, hingga disuruh membersihkan bangkai kucing, apapun bisa.
Bahkan di bio Instagramnya tertulis jelas “Kalau mau punya duit harus mau disuruh, Since 2019, melayani Seluruh Dunia, Pondok Gede, Jatimakmur”
Cerita mas Santo yang akan menjadi landasan dari pembahasan kita pada episode kali ini.
Disisi lain, saya pernah didatangi oleh beberapa mahasiswa jurusan bisnis dari sebuah universitas. Mereka datang untuk menanyakan bagaimana saya merancang business plan saat membuat KIRIM.EMAIL. Saya jelaskan bagaimana cara saya dalam merancang rencana bisnis saya selama ini dan mereka bertanya “hanya ini saja pak?” ya saya jawab iya, mereka tanya lagi kenapa, karena memang untuk resources yang saya miliki saat ini, rencana seperti ini sudah cukup.
Saya tidak memiliki rencana yang se-sophisticated itu dan grand plan seperti yang mungkin diharapkan oleh para mahasiswa tersebut. Jika Anda mengikuti podcast saya selama ini, saya sering mengatakan “Pebisnis itu belajarnya just in time, bukan just in case” artinya saya baru akan jika dibutuhkan atau sudah mentok, begitu juga dalam merancang rencana.
Coba, Mentok, Coba Lagi
Saya biasanya akan membuat rencana yang tidak terlalu detail dan saya coba jalankan, jika berhasil akan saya gas terus. Jika ternyata tidak berhasil dan mentok, saya akan belajar lagi dan mencoba rencana yang lain, begitu seterusnya. Bisa dibilang kehidupan saya dalam berbisnis adalah serangkaian percobaan yang saya coba terus menerus.
“Berarti mengalir gitu saja mas? mengikuti arus?” ya tidak mengikuti arus juga, saya tetap memiliki rencana karena memang dibisnis banyak yang harus dipertanggung jawabkan dengan karyawan, pelanggan, dan partner, tidak bijak untuk saya jika hanya mengikuti arus saja.
Seperti Mas Santo tadi, disalah satu media beliau bercerita bahwa dia hanya membuat sebuah Instagram Reels lalu dibiarkan begitu saja dan Qodarullah berhasil hingga saat ini beliau mempunyai anggota tim sebanyak 50 orang.
Agak kontradiktif sebenarnya bagi saya yang mempercayai bahwa bisnis idealnya selalu ramping, tapi lagi, saya tidak kata “harus” dalam bisnis. Selama berhasil dan halal, maka akan saya gas terus.
Seperti halnya Instagram dulu sebelum diakuisisi oleh Meta, mereka hanya memiliki anggota tim 13 orang yang mengelola setidaknya 1 milyar pengguna diseluruh dunia dan ternyata berhasil juga.
Kembali lagi ke konteks rencana, dari cerita Mas Santo diatas, kita bisa belajar ternyata tidak perlu rencana yang terlalu detail untuk menjalankan sebuah bisnis dan saya ingin membatasi diskusi ini hanya dalam konteks memulai sebuah bisnis.
Terus apa yang harus dilakukan jika tidak merancang sebuah rencana yang detail? Apakah ada cara yang mungkin lebih baik?
Buat Prototype
Kevin Kelly, seorang mantan editor eksklusif majalah wired pernah menuliskan didalam bukunya yang jika bisa saya ambil point utamanya adalah “protitipekan hidup Anda”.
Yes, prototypekan segala hal yang ada dihidup Anda, termasuk dalam membuat sebuah bisnis, produk, atau bisnis.
Saya mendefinisikan prototype sebagai satuan terkecil dari sebuah produk yang layak dijual atau ditawarkan.
Jadi, dalam konteks produk, kita bisa membuat produk sederhana yang jauh lebih cepat dibuat namun layak dijual.
Terus kenapa kita melakukan hal ini? Tentunya untuk memvalidasi ide dan rencana yang sudah kita buat sebelumnya.
Lagi, Kata Mike Tyson, semua orang punya rencana, sampai mereka kena pukul diwajahnya, dalam bisnis tidak ada pukulan sekeras pasar.
Pasar akan meninju rencana Anda dengan sangat keras dan membuyarkan rencana yang Anda rancang sebelumnya. Misalkan Anda membuka rumah makan, sudah Anda rencanakan dengan sangat detail tapi begitu buka ternyata malah sepi.
Setelah hantaman itu, Anda mungkin akan belajar bagaimana mendapatkan atensi pasar, misalkan dengan membuat bisnis Anda lebih viral menggunakan Key Opinion Leader (KOL) dan sejenisnya.
Setelah itu ternyata setelah usaha Anda yang kedua kali, Alhamdulillah ramai 3 harian tapi sebulan tutup karena perilaku pasar yang ternyata mungkin berubah.
Tidak ada tamparan yang lebih keras selain pasar.
Terus bagaimana step-nya untuk membuat prototype ini?
Ketahui Kondisi dan Arah Pasar
Tentunya sedikit banyak kita sebaiknya memahami kondisi pasar saat ini, bahkan lebih baik lagi kita bisa mengetahui arah perkembangan pasar kedepannya.
Ada beberapa cara analisa yang bisa kita lakukan, misalkan cara yang paling umum adalah mengecek Google Trend untuk melihat trend yang sedang berkembang.
Atau jika menggunakan cara konvensional seperti menghitung jumlah traffic atau orang yang lewat disuatu lokasi dan dihitung menggunakan counter manual.
Bahkan saat ini sudah banyak tools analisa market yang bisa Anda gunakan seperti NoLimit untuk melihat sentiment pasar di social media atau seperti kompas yang setiap harinya menerbitkan berita termasuk kondisi pasar setiap harinya.
Dan sebagian besar tools ini mungkin akan berbayar, tapi uang yang Anda bayarkan ini relatif lebih murah jika dibandingkan membayar kegagalan Anda nanti jika tanpa melakukan riset.
Setelah kita tau kondisi pasar kemungkinan cocok dengan ide Anda, sekarang waktunya Anda membuat prototypenya.
Menentukan Format Prototype
Sebelumnya tentu kita harus menentukan format prototypenya, jika Anda ingin membuat buku Anda mungkin membuat prototype-nya dengan format dengan satuan terkecil dan tercepat untuk dibuat, misalkan status di social media seperti status Facebook, Instagram atau di Twitter.
Setelahnya kita lihat respon dari pasar seperti apa, apakah mereka menerima, menolak, atau mengacuhkan postingan Anda.
Tetapkan angkanya, diangka berapa ide ini bisa dibilang berhasil diterima oleh pasar, misalkan Anda memiliki 1.000 follower dan Anda menetapkan 10% adalah angka yang baik untuk memvalidasi ide Anda.
Ini juga yang saya lakukan saat membuat KIRIM.EMAIL dengan partner saya Mulyadi dulu, saya tidak membuat aplikasi KIRIM.EMAILnya dulu karena memang saya tidak bisa coding, melainkan saya membuat sebuah landing page dengan formulir.
Saya dan Mulyadi sepakat jika form ini diisi oleh minimal 1.000 orang dalam 1 bulan, maka kita akan lanjut membuat KIRIM.EMAIL. Qodarullah dalam 2 minggu, sudah ada 1.200 orang yang mendaftar dan akhir KIRIM.EMAIL hadir dan tetap ada hingga hari ini.
Hal yang sama juga terjadi pada buku, banyak buku yang ditulis dari potongan status atau postingan blog yang dikompilasikan menjadi sebuah buku.
Pada masanya, ada istilah kultwit atau kuliah twitter yang ramai dilakukan oleh banyak orang, salah satunya mantan CEO General Electronic, Pak Handry Satriago Rahimakumullah yang dulu sering membuat kultwit yang sangat inspiratif bagi dan akhir kumpulan kultwit tersebut dibuat menjadi sebuah buku.
Begitu juga dengan beberapa produk kami seperti EmailKerja yang dulunya kami buat sebagai produk sampingan karena memang pengiriman kami sudah tinggi, kenapa tidak buat email hosting saja? Yang Qodarullah EmailKerja saat ini menjadi produk Andalan yang digunakan untuk event besar seperti PeduliLindungi dan Ruangguru.
Begitu juga Utas yang dulu saya buat dengan menggunakan landing page yang mirip seperti saat membuat KIRIM.EMAIL, yang Alhamdulillah Agustus 2023 kemarin GMV Utas menembus 360 jutaan.
Banyak hal yang ada di KIRIM.EMAIL berawal dari prototype kecil yang saya buat untuk menjawab pertanyaan yang sering kali hanya bisa terjawab jika dicoba.
Idea Maze
Ada konsep yang kalau tidak salah dipopulerkan oleh Anderson Horowitz yaitu Idea Maze. Seperti namanya, ide biasanya datang dalam bentuk labirin yang dulu.
Saat Anda masuk labirin tersebut, Anda akan mencoba berbagai rute, coba rute satu ternyata mentok, coba rute kedua dan mentok lagi, coba lagi rute lainnya.
Ide dan pengembangan produk sering kali seperti itu dan ini yang mungkin terjadi dengan Mas Santo tadi, beliau tidak ada rencana aneh-aneh tapi langsung membuat IG Reels untuk menjelaskan apa yang ia lakukan.
Maka dari itu kita mencoba untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan labirin dari ide kita dan hal ini akan sangat menantang untuk dijawab oleh rencana.
Lagi, Planning is Guessing, perencanaan itu ya tebak-tebakan yang mungkin seiring waktu tebakan kita akan lebih tepat, tapi tetap saja tebak-tebakan dan tidak pasti akan terjadi.
Sebaiknya Tidak Over Planning
Seiring membesarnya bisnis dan cashflow semakin lancar, mungkin sebagian dari kita akan menjadi over planning.
Ditanya kenapa? Karena sayang dengan resources yang dikumpulkan dengan susah payah terpakai dan ternyata gagal.
Padahal disisi lain mungkin kita tidak perlu membuat planning yang sangat detail, seperti kami di KIRIM.EMAIL yang hingga saat ini lebih sering menggunakan prototype untuk menguji ide kami.
Sepertinya Mas Santo juga yang berawal dari hal yang mungkin terlihat kecil dan remeh, tapi beliau bisa membesar hingga ketitik ini dan ini adalah cerita yang sangat saya suka.
Tapi tetap saja, perlu ada rencana tapi secukupnya. Apalagi jika untuk mengetes prototype sendiri resources yang dibutuhkan sangat kecil atau bahkan tidak ada, ya gas saja.
Misalkan membuat postingan blog, jika sudah ada website blognya, bisa dibilang resources yang dibutuhkan ya 0. Seperti mas Santo tadi, mungkin resources yang dibutuhkan untuk membuat IG reels itu adalah 0.
Prototype-kan ide Anda tetap dengan rencana yang secukupnya, apalagi Anda memiliki tanggung jawab dengan orang-orang yang terlibat didalam bisnis.
Terpenting, Syarat Prototype Berhasil
Balik lagi ke bahasan prototype, apa hal yang bisa dijadikan syarat untuk mengatakan sebuah prototype berhasil atau tidak?
Misalkan postingan di social media, apakah engagement yang tinggi cukup? Meskipun engagement itu dipengaruhi oleh banyak orang.
Saya pribadi lebih memilih action paling ringan yang bisa saya minta dilakukan ke audience saya, dalam hal ini adalah mengisi formulir.
Seperti KIRIM.EMAIL, saya membuat landing page dengan formulir yang Alhamdulillah diisi leh 1200 orang, Utas-pun juga begitu dengan waiting list.
Seperti juga EmailKerja ya Alhamdulillah ikut event nasional seperti PeduliLindungi itu juga berawal dari prototype kecil seperti ini.
Kenapa saya membuat ini? Karena terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan dikepala saya yang kalau harus direncanakan tidak ada yang bisa, karena banyak hal yang ditest.
Seperti perilaku pasar, ini harus ditest dan dianalisa kemana pasar mengarah. Karena jika ternyata produk atau ide kita bergerak berlawanan arah dengan pasar, celakalah kita. Apalagi pergerakan pasar bisa jadi sangat dinamis dan ternyata pasar telah meninggalkan ide atau produk yang akan kita buat.
Sebenarnya saya sudah pernah membahas produk sampingan disalah satu episode KEPO yang bisa Anda dengarkan disini.
Kesimpulan
Jadi pada episode kali ini seperti yang sudah kita bahas diatas, hampir semua produk akan menghasilkan produk sampingan atau limbah.
Produk sampingan ini bisa saja kita jadikan prototype untuk dijual dan mendapatkan keuntungan untuk bisnis.
Lagi, jangan terlalu over planning dalam mengetes sebuah ide atau produk. Pelajari dan baca kemana pasar mengarah, apakah menjauh dari ide dan produk yang akan kita tawarkan atau malah sangat dicari?
Termasuk juga untuk banyak hal seperti belajar ke luar negeri, jika Anda ingin kuliah di Harvard, mungkin Anda bisa mempelajari materi rekaman kelas yang sudah ada di YouTube, daripada kita sudah bayar biaya kuliah yang sangat mahal tapi ternyata tidak cocok.
Berlaku juga dalam menentukan tempat tinggal, bagi saya ada 3 keputusan besar yang harus diambil seseorang, yaitu: Menikah dengan siapa? ; Bekerjanya dimana? ; dan Tinggal dimana?
Ketiga keputusan ini yang penting untuk dipertimbangkan dan ada 1 hal yang harus ditest terlebih dahulu yaitu dimana Anda akan tinggal? Apakah didalam negeri atau diluar negeri.
Karena tempat tinggal Anda akan menentukan dengan siapa Anda menikah dan Bekerja dimana Anda.
Prototypekan Ide Anda dengan KIRIM.EMAIL
Itulah pembahasan kita pada episode kali ini dan Anda bisa juga memanfaatkan KIRIM.EMAIL untuk memvalidasi ide dan produk Anda.
Anda bisa membuat waiting list juga seperti yang kami lakukan dulu saat membuat KIRIM.EMAIL dan meminta subscriber Anda untuk mengisi formulir waiting tersebut.
Atau mungkin Anda belu memiliki website untuk membuat landing page langsung di KIRIM.EMAIL.
Bahkan bisa menggunakan domain Anda sendiri seperti lp.domainanda.com, sehingga Anda tidak tertahan lagi untuk mencoba prototype Anda sesegera mungkin.
Karena mungkin saja, pesaing Anda juga memikirkan hal yang sama dan membuat prototype yang sama.
Buat Landing Page Anda dengan cepat dengan formulir yang terhubung dengan email marketing disini:
>>Buat Landing Page dengan KIRIM.EMAIL Disini<<
Jangan lupa gunakan kode kupon KEPO untuk mendapatkan diskon 10% untuk berlangganan KIRIM.EMAIL dan EmailKerja.
Terima kasih dan sampai berjumpa di episode selanjutnya, insyaAllah.
- KEPO 114: Berselancar Memanfaatkan Lautan Konten - December 19, 2024
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024