Pernahkah Anda melihat atau membaca tulisan seperti pada gambar di bawah ini?
Atau tulisan yang seperti berikut ini :
Sales promosi dilarang masuk kecuali dengan izin dari RT/RW/Kelurahan
Pertanyaannya, kalau seandainya orang yang minta sumbangan atau sales promosi mendapatkan izin dari RT/RW/Kelurahan, akankah kita memberikan pintu untuk mereka? Jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak, tergantung diri kita masing-masing. Tetapi dengan adanya izin tertulis dari RT/RW/Kelurahan paling tidak sudah menunjukkan bahwa mereka menghormati kita sebagai tuan rumah.
Ilustrasi diatas merupakan salah satu contoh penerapan dari konsep permission marketing. Permission marketing ini merupakan sebuah konsep pemasaran yang diperkenalkan oleh Seth Godin, seorang pakar marketing kelas dunia. Seth Goding memperkenalkan konsep permission marketing melalui bukunya yang berjudul “Permission Marketing – Turning Strangers Into Friends, and Friends Into Customers”.
Interruption Marketing
Dalam buku tersebut Seth Godin juga menyebutkan lawan dari permission marketing, yaitu interruption marketing. Contoh dari interruption marketing bisa kita pahami dari ilustrasi atau contoh berikut ini.
Dian adalah seorang ibu rumah tangga dengan 1 anak. Suatu ketika anaknya Dian yang masih balita sedang demam tinggi. Anaknya rewel terus sepanjang hari, tidak mau makan dan bermain. Maunya hanya terus bersama Dian sedangkan saat itu suaminya sedang di kantor
Tiba-tiba smartphone Dian berbunyi dan setelah diangkat ternyata ada seorang sales tiba-tiba menawarkan mobil pada Dian tanpa menanyakan terlebih dahulu kondisinya. Karena kondisi anaknya yang sedang demam tinggi maka ditolaklah penawaran itu, namun si sales tetap bersikeras untuk menawarkan produknya dengan berbagai cara.
Mungkin sudah bisa kita tebak bagaimana akhir dari ilustrasi tersebut. Mungkin Dian akan marah-marah dan segera menutup teleponnya dan bahkan memblokir nomor telp si penjual. Kondisi inilah yang disebut dengan interruption marketing.
Contoh lainnya juga banyak di kehidupan kita sehari-hari seperti iklan di Facebook, iklan di Youtube saat kita sedang asyik melihat video juga pop up banner yang tiba-tiba muncul saat kita sedang membaca artikel/berita.
Maka tidak mengherankan jika sebagian besar dari kita tidak menyukai jenis-jenis interruption marketing ini.
Permission Marketing Pada Email Marketing
Saat kita menjalankan email marketing, kita berpotensi masuk ke dalam permission marketing, dan bisa juga masuk ke dalam interruption marketing.
Email marketing kita masuk ke dalam interruption marketing jika dalam mendapatkan list email nya tidak dengan cara yang benar seperti melakukan scrapping ataupun membeli dari pihak ketiga. Dalam hal ini sangat jelas bahwa subscribers tidak memberikan alamat emailnya secara sadar dan sukarela kepada kita.
Bahkan saat kita mendapatkan kartunama yang ada alamat emailnya, atau kita menemukan alamat email di sosial media, kemudian kita memasukkannya ke dalam list kita, maka itu juga termasuk dalam interruption marketing.
Namun berbeda jika kita dalam mendapatkan list email dengan cara yang benar, seperti dengan lead magnet dan melalui form, email marketing kita bisa masuk dalam permission marketing.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga email marketing kita tetap masuk dalam permission marketing :
- Menerapkan magic opt-in atau double opt-in. Dengan magic opt-in atau double opt-in memeberikan kesempatan kepada calon subscribers kita untuk mengkonfirmasi kesediaannya. Jika dia klik link konfirmasi secara sadar itu berarti dia memberikan izin kepada kita untuk mengirimkan newsletter atau broadcast email.
- Memberikan akses untuk unsubscribe. Ini juga perlu karena sudah memperbolehkan orang masuk, maka juga harus memperbolehkan orang untuk keluar atau berhenti berlangganan (unsubscribe).
Seperti itulah penerapan konsep permission marketing pada email marketing. Dengan ini semoga subscribers Anda semakin nyaman dalam menerima email dari Anda. Mudah-mudahan bermanfaat dan sampai bertemu di artikel berikutnya.