fbpx

KEPO 115: Memperkenalkan Hipotesis Mantra Sihir

Bismillah…

Di episode kali ini, kita akan membahas sesuatu yang unik dan menarik: Hipotesis Mantra Sihir atau dalam bahasa Inggris disebut The Magic Spell Hypothesis.

Perhatikan kalimat berikut ini:

“Anju aturan piket ini jelas: kalau wanprestasi, pakai ahkam yang disepakati, baca ayat aturan di papan, dan beracara anggara di depan Mahajana, ketua kelas!”

Sekilas, kalimat tersebut terdengar seperti mantra sihir, bukan? Faktanya, ini adalah contoh nyata dari bagaimana bahasa arkais dan kompleks sering digunakan, terutama dalam konteks bisnis dan hukum. 

Penggunaan kata-kata seperti “anju”, “ahkam”, “anggara”, dan “mahajana” membuat pesan tersebut sulit dipahami oleh orang awam. Padahal, arti sebenarnya sangat sederhana:

“Tujuan aturan piket ini jelas: jika ada yang melanggar, gunakan aturan yang disepakati. Cek aturan di papan tulis, dan selesaikan dengan tegas di hadapan ketua kelas.”

Mengapa kalimat sederhana ini diubah menjadi sesuatu yang terdengar rumit dan misterius? Pertanyaan ini menjadi pintu masuk untuk memahami fenomena yang disebut Hipotesis Mantra Sihir.

Tonton penjelasan lengkapnya pada versi video youtube dibawah ini:

Anda juga bisa dengarkan melalui spotify atau aplikasi favorit Anda disini:

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Mengapa Bahasa Hukum Seperti “Mantra Sihir”?

MIT baru-baru ini melakukan penelitian mendalam tentang bahasa yang digunakan dalam dokumen hukum, termasuk kontrak kerja sama dan dokumen legal lainnya. 

Penelitian ini membandingkan lebih dari 3,5 juta kata dalam dokumen hukum dengan bahasa yang digunakan di berbagai jenis teks lain seperti artikel koran, skrip film, dan bahkan penelitian akademis. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa hukum lebih menyerupai mantra sihir daripada media komunikasi yang jelas.

Dalam banyak kasus, tujuan utama dari bahasa hukum yang rumit ini bukanlah untuk menyampaikan pesan secara langsung. Sebaliknya, ia dirancang untuk memberikan kesan kekuatan, otoritas, dan pengaruh kepada pembuat dokumen. 

Hal ini serupa dengan tujuan mantra sihir dalam konteks mistis, yakni memberikan kesan adanya “kekuatan khusus” di balik kata-kata tersebut. Hal ini relevan terutama dalam situasi di mana dokumen hukum mencakup klausul-klausul yang sangat menentukan hak dan kewajiban pihak yang terlibat.

Temuan Utama Penelitian

Penelitian MIT menyimpulkan beberapa poin menarik:

  1. Bahasa Arkais dan Kompleksitas Struktur: Dokumen hukum sering menggunakan kata-kata arkais yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata-kata seperti “wanprestasi”, “ahkam”, atau “mahajana” adalah contoh bagaimana istilah-istilah ini menciptakan jarak antara pembuat dokumen dan pembaca.
  2. Seremonial, Bukan Praktikal: Struktur kalimat dalam dokumen hukum lebih bersifat seremonial daripada praktikal. Tujuannya bukan untuk membuat pembaca memahami isi dokumen, melainkan untuk menegaskan otoritas dan legalitas dokumen tersebut.
  3. Asumsi Template yang Salah: Banyak yang mengira kerumitan bahasa hukum disebabkan oleh penggunaan template yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, penelitian MIT menunjukkan bahwa kerumitan ini sering kali sengaja diciptakan.

Dampak Bahasa Hukum yang Rumit

Penggunaan bahasa hukum yang kompleks memiliki beberapa dampak signifikan:

  • Kesulitan Pemahaman: Bagi orang awam, bahasa hukum yang rumit dapat menyebabkan ketidakpahaman terhadap isi kontrak atau dokumen. Hal ini berisiko menimbulkan kerugian di masa depan, terutama jika terdapat klausul tersembunyi yang sulit dimengerti.
  • Ketidakadilan: Perbedaan pemahaman antara pembuat dokumen dan pembaca dapat menciptakan celah pengetahuan yang rawan dimanfaatkan. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi alat untuk menekan pihak yang kurang paham.
  • Perdebatan Tentang Sederhanakan Bahasa: Studi ini memicu perdebatan tentang perlunya menyederhanakan bahasa hukum agar lebih inklusif dan mudah dipahami oleh semua pihak. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan kesederhanaan ini tidak mengurangi keabsahan hukum.

Kapan Harus Menggunakan Bahasa Arkais?

Meskipun bahasa yang kompleks sering kali menjadi penghalang, ada situasi tertentu di mana penggunaan bahasa arkais dan teknis tetap memiliki tempat. Salah satu prinsip yang sering dikutip dalam dunia komunikasi adalah, “If you can’t convince them, confuse them.” 

Dalam beberapa kasus, bahasa yang rumit sengaja digunakan untuk menciptakan efek kebingungan sementara, sehingga pihak lawan lebih mudah menerima argumentasi atau ketentuan yang diajukan.

Namun, strategi ini harus digunakan dengan sangat hati-hati dan hanya dalam konteks yang relevan. Contohnya adalah dalam negosiasi bisnis yang melibatkan teknis tinggi, di mana istilah-istilah arkais digunakan untuk menunjukkan tingkat keahlian dan otoritas. 

Dalam konteks seperti ini, bahasa arkais bisa menjadi alat yang ampuh untuk membangun kredibilitas dan memenangkan kepercayaan pihak lain.

Sebaliknya, dalam situasi yang membutuhkan kolaborasi luas atau melibatkan audiens awam, penyederhanaan bahasa menjadi sangat penting. 

Bahasa yang jelas dan mudah dipahami membantu menghindari kesalahpahaman, meningkatkan efisiensi komunikasi, dan memperkuat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat. 

Oleh karena itu, penting bagi pengusaha dan profesional untuk menyesuaikan gaya komunikasi mereka sesuai dengan audiens yang dihadapi.

Sebagai contoh, jika Anda sedang menjelaskan produk atau layanan kepada pelanggan potensial, gunakan bahasa yang mudah dipahami dan relevan dengan kebutuhan mereka. 

Sebaliknya, jika Anda berhadapan dengan ahli teknis yang menilai kemampuan Anda, penggunaan istilah teknis yang akurat dan arkais mungkin memberikan keuntungan.

Hipotesis Mantra Sihir dalam Perspektif yang Lebih Luas

Penelitian MIT ini memberikan wawasan yang tidak hanya relevan untuk dunia hukum, tetapi juga untuk strategi komunikasi di berbagai bidang. 

Dalam dunia bisnis, misalnya, penggunaan istilah teknis dan bahasa yang kompleks sering dianggap perlu untuk membangun kredibilitas. 

Namun, seperti halnya dalam dokumen hukum, terlalu banyak kerumitan dapat menjadi penghalang bagi komunikasi yang efektif.

Dalam konteks hukum, bahasa yang terlalu rumit sering kali menjadi penghalang bagi orang awam. Ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi pada pengacara atau ahli hukum lainnya untuk menjelaskan isi dokumen. 

Meskipun hal ini dapat memberikan pekerjaan tambahan bagi para ahli, ia juga menciptakan ketidakadilan bagi pihak-pihak yang tidak memiliki akses mudah ke bantuan hukum.

Sementara itu, dalam konteks bisnis, bahasa teknis sering digunakan untuk “mengesankan” calon klien atau mitra kerja. Namun, penting untuk menyadari bahwa strategi ini harus digunakan dengan hati-hati. 

Komunikasi yang jelas dan langsung justru lebih efektif dalam membangun hubungan jangka panjang.

Kesimpulan

Hipotesis Mantra Sihir membuka mata kita akan cara bahasa digunakan bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan kesan kekuatan dan otoritas. 

Bagi dunia hukum, studi ini menjadi pengingat penting bahwa transparansi dan inklusi harus selalu menjadi prioritas. 

Kompleksitas bahasa memang dapat menciptakan kesan mendalam, tetapi risiko ketidakpahaman dan ketidakadilan yang ditimbulkan tidak boleh diabaikan.

Jika Anda ingin mendalami topik ini lebih jauh, semua poin yang dibahas di artikel ini didukung oleh berbagai penelitian dan sumber terpercaya. 

Anda dapat membaca lebih detail melalui referensi berikut yang mendukung pembahasan ini.

Referensi

Semua Referensi dari pembahasan diatas bisa Anda baca detailnya melalui sumber berikut ini:

1. Gibson, E., Martinez, E., & Mollica, F. (2024). The magic spell hypothesis: Why legal language is written in an incomprehensible style. Proceedings of the National Academy of Sciences.
2. MIT News Office. (2024, August 19). MIT study explains why laws are written in an incomprehensible style. MIT News.
https://news.mit.edu/2024/mit-study-explains-laws-incomprehensible-writing-style-0819
3. The Conversation. (2024, August 22). Is legal jargon actually a ‘magic spell’? Science says maybe.
https://theconversation.com/is-legal-jargon-actually-a-magic-spell-science-says-maybe-237134
4. Reddit r/science. (2024, August 20). MIT study explains why laws are written in an incomprehensible style.
https://www.reddit.com/r/science/comments/1exa6as/mit_study_explains_why_laws_are_written_in_an/
5. Zara, C. (2024, August 27). Hate reading contracts? MIT study explains the real reason legal documents are so hard to understand. Fast Company.
https://www.fastcompany.com/91177616/mit-study-real-reason-legal-documents-are-so-hard-to-understand-legalese
6. University of Melbourne. (2024). Is legal jargon actually a ‘magic spell’? Science says maybe.
https://findanexpert.unimelb.edu.au/news/91097-is-legal-jargon-actually-a-%E2%80%98magic-spell%E2%80%99%3F-science-says-maybe
7. The Wild Hunt. (2024, December 18). The Magic Spell Hypothesis of Legalese.
https://wildhunt.org/2024/12/the-magic-spell-hypothesis-of-legalese.html
8. Grapevine. (2024, August 21). MIT Study Explains Why Legal Documents Are So Incomprehensible.
https://grapevine.in/post/mit-study-explains-why-legal-documents-are-so-incomprehensible-4e3b4880-fa21-4e10-be37-4442bc9c631c
9. ABA Journal. (2024). ‘Magic spell hypothesis’ may explain legalese, researchers say.
https://www.abajournal.com/news/article/magic-spell-hypothesis-may-explain-legalese-researchers-say
10. Drweski, M. (2024). MIT study explains why laws are written in an incomprehensible style. LinkedIn.
https://www.linkedin.com/posts/milenedrweski_mit-study-explains-why-laws-are-written-in-activity-7232631671475351552-C1nE
11. ScienceDaily. (2024, August 19). Study explains why laws are written in an incomprehensible style.
https://www.sciencedaily.com/releases/2024/08/240819172340.htm

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *