fbpx

Etika Mencari Cuan, Bersama Sandiaga Uno – Ep. #74

Bismillah.. 

Beberapa waktu yang lalu saya diajak sama mas Arif Setiawan untuk menjadi moderator di sebuah webinar dengan Sandiaga Uno. Bagi Anda yang belum kenal siapa mas Arif silakan dengarkan terlebih dahulu di sini : kepo.blog/67 

Latar belakangnya sangat sederhana, yaitu karena sebelum webinar ini Pak Sandi sempat Googling dan mencari info tentang adab dalam bisnis. Dan kebetulan yang ada di posisi pertama ada salah satu episode kepo ini yang juga bahas tentang adab dalam berbisnis. 

Singkat cerita saya diajak sama beliau dan Alhamdulillah webinarnya sudah terlaksana. Untuk videonya silakan Anda lihat nanti di bawah. 

Ada banyak catatan yang saya dapatkan dari webinar ini. Berikut sedikit diantaranya.

Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang

Etika dalam mencari cuan atau untung adalah fundamental paling penting dalam berbisnis. Di dalam uang Dollar ada tulisan in God we trust. Amerika yang negara bebas saja masih mencantumkan Tuhan di dalam mata uangnya supaya dalam bertransaksi mereka selalu ingat dengan Tuhan. 

Saat ini kondisi milenial Indonesia sudah berbeda dengan 10-15 tahun yang lalu saat pak Sandi keliling Indonesia dulu. Saat ini banyak yang ingin menjadi entrepreneur karenanya etika ini sangat penting untuk beliau sampaikan di sini. 

Ada banyak sekali etika di dalam bisnis, seperti bagaimana berjabat tangan, memanggil nama, mengajukan proposal, berhutang, etika belajar dengan mentor, dan lain sebagainya. 

Ada cerita menarik sebelum kerjasama dengan Pak William. Waktu itu Pak Sandi masih berkerja di sebuah perusahaan. Beliau pernah mengurus urusan yang sangat sederhana. Yaitu mengirimkan cek di dalam amplop dan harus tepat waktu. Tetapi saat sampai pada beliau, amplopnya tidak tertutup. Dan di saat yang sama, ternyata ada teman yang ingin bertemu untuk ngopi-ngopi. Namun Beliau dahulukan pekerjaan. 

Selanjutnya beliau di PHK karena perusahaan dimana beliau bekerja itu bangkrut. Dari sini Pak Sandi banyak belajar tentang negosiasi, kerjasama dan lain sebagainya yang landasannya adalah etika. 

Untuk menjaga etika harus punya economic goal dan harus berprasangka baik. 

Beberapa tahun yang lalu, Pak Sandi pernah berinvestasi di rumah123.com. Mulailah mereka bermitra, dan setiap 3 bulan sekali perusahaan ini membutuhkan suntikan dana selama 1,5 tahun. Kemudian Pak Sandi memlilih berhenti karena tidak mampu lagi membiayai. Penyebab utamanya adalah hampir 2 tahun tidak melihat ujung dari yang beliau investasikan.

Lalu setelah bernegosiasi dengan pengelola, akhirnya diputuskan untuk cari pembeli saja untuk situs tersebut. Setelah dapat, ternyata ditawar 7x lipat dari yang beliau investasikan. Tetapi beliau mendengar sebenarnya 12x lipat. Selisih yang 5 ini sudah tidak beliau permasalahkan karena mungkin memang ini menjadi rejekinya. Karena Pak Sandi 7x lipat ini sudah cukup buat beliau, keluarga dan tim. Ini adalah contoh yang luar biasa untuk kita teladani bahwa orang yang punya etika itu harus selalu berprasangka baik, sekalipun mitra-mitranya mendapatkan untung di belakang kita.

Tentang amanah dan etika ini beliau juga banyak belajar dari william Soeryadjaya. Dari beliau Pak Sandi belajar keuntungan bisa dicari sedangkan reputasi susah mencarinya kalau sudah hilang. Lebih baik kehilangan bisnis daripada kehilangan reputasi.

Apakah etika lebih penting dari ilmu? 

Etika itu akan melahirkan karakter. Karakter itu akan menghasilkan integritas. Dan integritas ini adalah hal yang penting dalam sebuah bisnis. Pak Sandi belajar ini dari sahabatnya, Erick Tohir yang mana BUMN harus dipegang oleh orang-orang yang punya akhlak. Percuma orang-orang yang pintar tapi akhlaknya buruk.

Maka dari itu kita harus mendahulukan orang yang berakhlak daripada orang yang pintar.

Etika dalam bekerja dalam bekerja dan berusaha harus kita junjung tinggi. Apapun yang terjadi adalah kehendak Alloh dan kita harus bisa harus menerima dan mengambil hikmahnya. 

Itulah KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 74 ini. Saya Fikry Fatullah, sampai bertemu di episode berikutnya.

Fikry Fatullah
Latest posts by Fikry Fatullah (see all)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *