Bismillah…
Kemarin ada yang bertanya ke saya seperti ini
Sebelum saya menjawab pertanyaan diatas, perhatikan terlebih dahulu potongan berita ini:
Mungkin ada satu metafora yang cocok dengan berita diatas:
Saat yang kita miliki hanya palu, maka semua akan terlihat seperti paku.
Artinya, jika kita hanya memiliki satu “alat”, yaitu untuk memukul, maka semua akan ingin kita pukul.
Padahal, bisa jadi solusinya bukan itu, dan “alat” yang kita butuhkan itu bisa saja gergaji misalnya, bukan palu.
Itu artinya, jika Anda hanya menguasai satu cara untuk mendatangkan pembeli ke bisnis Anda, melalui Facebook Ads misalnya, maka optimasi yang Anda lakukan hanya akan seputar Facebook Ads.
Mungkin tidak jauh-jauh dari otak atik budget.
Padahal, masih banyak sekali cara untuk mendatangkan pembeli, yang mungkin akan lebih efektif bagi bisnis Anda dibanding dengan jika Anda beriklan di Facebook.
Ini bukan berarti beriklan di Facebook itu salah, bukan. Facebook Ads merupakan salah satu cara termudah untuk mendatangkan pembeli.
Namun, “hanya” menggunakan Facebook untuk berbisnis menurut saya juga kurang tepat. Membuat sebuah bisnis menjadi ketergantungan dengan sebuah platform yang tidak pasti.
Dunia tidak selebar Facebook Newsfeed.
Jadi gimana? Leburkan Facebook dengan banyak cara mengolah pembeli.
Kembali ke budget iklan. Sisi lain dari kemudahan yang ditawarkan oleh Facebook Ads adalah: Semakin banyaknya bisnis yang menggunakan Facebook Ads.
Dalam kondisi persaingan sempurna, sang pemilik budget terbesarlah yang akan menang, dengan menimbulkan banyak korban.
Umumnya disebut dengan “Perang Gesekan”, saya pernah menuliskan tentang ini sebelumnya, ini cuplikannya:
=====
Bayangkan, suatu hari, Anda hadir dalam sebuah acara lelang.
Yang dilelang adalah uang Rp.100.000.- Ya, satu lembar uang 100ribu rupiah.
Loh, kok aneh?
Anda penasaran, akhirnya Anda tetap disana untuk melihat lelang tersebut berjalan.
Satu lembar uang Rp.100 ribu itu dibuka dengan harga Rp. 95 ribu. Tapi ada syaratnya:
- Siapapun yang menang lelang, akan mendapatkan satu lembar Rp.100 ribu itu.
- Dan siapapun yang kalah lelang dan berada di nomor 2, itu harus membayar semua penawaran lelangnya, tapi tidak mendapat apa-apa.
Setelah semua yang hadir paham peraturannya, lelang dimulai.
Harga dibuka Rp.95 ribu. Lalu ada Jono yang menawar Rp.105 ribu. “Saya keluar duit Rp.105 ribu, dapat uang Rp.100 ribu, artinya cuma keluar Rp.5 ribu”, itu pikirnya dalam hati.
Lalu kemudian Susi menawar, “Rp.110 ribu” katanya.
Jono lalu berpikir, “loh, berarti yang tadinya saya hanya harus membayar Rp.5 ribu, jadinya harus bayar Rp.105 ribu karena saya berada di posisi no. 2”.
Dengan gerak cepat Jono menawar: “Rp.120 ribu!” katanya.
Susi kembali menawar: “Rp130 ribu!”
Jono naik lagi: “Rp.180 ribu.”
Dan begitu terus, sampai angka penawarannya membengkak.
“Rp.450 ribu” kata Susi.
Jono mengeluarkan semua tabungannya dan menawar “Rp.500 ribu”.
Namun apa daya, Susi masih kuat, “Rp.550 ribu” ia berkata.
Jono kalah, karena uangnya sudah tidak ada lagi. Akhirnya ia harus membayar Rp.500 ribu tanpa mendapatkan apapun.
=====
Walaupun cerita diatas terlihat aneh, fenomena ini cukup sering terjadi di hadapan kita.
Dalam Game Theory, fenomena diatas disebut dengan “War Of Attrition” atau perang gesekan.
Dalam militer, sering juga disebut dengan “Attirition Warfare”, prinsipnya sama, yaitu “melemahkan” atau menggesek lawan sedikit demi sedikit, melalui kemenangan-kemenangan kecil, hingga akhirnya sang lawan kehabisan sumber daya.
Kunci strategi disini pada dasarnya ada di pengelolaan sumber daya, karena, seperti Susi, Anda harus memiliki sumber daya yang lebih besar dari lawan Anda.
Dengan kata lain, stamina Anda harus kuat. Anda harus bertahan lebih lama.
Dalam bisnis, kita sering melihat perang seperti ini, misalnya di Marketplace ada Tokopedia VS Bukalapak, dalam dunia transportasi ada Gojek VS Grab, dll.
Dan “perang” inilah yang memukul mundur OVO dari gambar yang saya tunjukkan diatas.
Dalam dunia militer, strategi ini sangat dihindari karena selain bisa menghabiskan banyak uang, juga biasanya menimbulkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Karena biasanya berakhir dalam kondisi tentara siapa yang jumlahnya masih lebih banyak daripada lawannya.
Namun dalam bisnis, hal ini seperti tidak bisa dihindari. Kondisi seperti ini seringnya “mendatangi” Anda tanpa Anda inginkan.
=====
Intinya: “Bakar uang” itu mudah, kalau ada yang mau dibakar. Inilah kenapa setiap bisnis yang mendapatkan pendanaan langsung bakar uang untuk promosi, karena ya memang ini mudah.
Dalam dunia nyata, tidak semua bisnis akan memiliki kemampuan bakar uang seperti Gojek atau mungkin OVO.
Karenanya hanya dengan mengandalkan budget iklan saja, tidak akan cukup. Suatu hari, persaingan budget sebuah bisnis akan ketemu batasnya.
Karenanya, sekaligus untuk menjawab pertanyaan di awal tulisan ini, inilah kenapa kita harus mempelajari sales funnel: Agar bisa menggunakan sebanyak mungkin cara yang kita bisa untuk mendatangkan pembeli.
Ini juga alasan kami membuat puluhan model sales funnel hasil dari eksplorasi kami untuk terus menemukan cara-cara.
Jika Anda juga ingin mempelajari puluhan cara menghasilkan penjualan secara online untuk bisnis Anda, dengan memodel sales funnel yang sudah berhasil, silahkan daftar dan ikuti Pelatihan Super Sales Funnel.
Super Sales Funnel adalah pelatihan selama 30 hari untuk mempelajari puluhan model penjualan yang berhasil secara online.
Kenapa saya bilang “model”, karena materinya kami model dari pola-pola keberhasilan penjualan yang kami pelajari dari bisnis lain, maupun kami temukan sendiri di lapangan.
Untuk lebih jelasnya, silahkan daftar Super Sales Funnel disini:
KLIK DISINI untuk mendaftar Super Sales Funnel
Sampai ketemu selama 30 hari di kelas. InysaAllah.
-Fikry
Catatan: Super Sales Funnel didukung oleh program cicilan syariah dari Syarq. Sehingga Anda bisa ikut belajar dulu dan cicil kemudian. Klik disini, dan scroll sampai akhir untuk mempelajari caranya.
Catatan lagi: Ikuti mini training Sales Funnel Planner selama 5 hari disini untuk mempelajari salah satu model yang dalam Super Sales Funnel.
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024
- KEPO 111: Konsekuensi Level 2 - August 22, 2024