fbpx

Mengenal Apa itu Resesi dan Inflasi, Hubungannya dan Dampaknya bagi Bisnis

Di 2 pekan pertama bulan Juli 2022 ini, istilah resesi dan inflasi mungkin lebih sering Kita dengar daripada biasanya. Faktanya resesi dan inflasi ini mulai membayangi berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan di Google Trend, pencarian terhadap kata Resesi meningkat drastis selama kurun waktu ini.

Mengenal Apa itu Resesi dan Inflasi, Hubungannya dan Dampaknya bagi Bisnis - 3

Lantas apakah pengertian dari resesi dan inflasi ini? Apa penyebabnya dan dampaknya bagi sebuah bisnis? Dan bagaimana respon terbaik Kita dalam menghadapi resesi dan inflasi? Kita akan membahasnya di artikel ini.

Apa Itu Resesi?

Secara sederhana, resesi bisa diartikan sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut. Hal itu bisa dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif.

Sebelum ini, sebenarnya negara-negara di dunia sudah pernah mengalami resesi. Yang paling dekat adalah ketika kasus Covid 19 sedang parah-parahnya dan berlangsung selama lebih dari dua kuartal. Saat itu aktivitas dan kegiatan masyarakat dibatasi, sehingga tidak terjadi aktivitas perekonomian sebagaimana mestinya. Hasilnya banyak usaha yang tutup. Banyak terjadi PHK besar-besaran. Dan surutnya daya beli masyarakat.

Ditambah lagi kalangan menengah ke atas, dalam kondisi seperti ini memilih berhemat daripada membelanjakan uangnya ke barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan.

Apa Itu Inflasi?

Selain resesi, Anda mungkin juga sering mendengar tentang inflasi. Menurut Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan menurut KBBI, inflasi diartikan sebagai penurunan nilai mata uang karena banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang dan jasa.

Walaupun inflasi ini tidak bisa kita lihat, tetapi kita bisa merasakannya. Sebagai contoh, 10 tahun yang lalu dengan uang Rp10.000 Anda mungkin bisa makan 2 porsi soto dan waktu itu bisa sangat mengenyangkan.

Tetapi saat ini dengan jumlah uang yang sama Rp10.000, Anda mungkin hanya akan mendapatkan 1 porsi saja. Kalaupun bisa dapat 2 porsi, pasti porsinya tidak sebanyak 10 tahun lalu.

Hubungan Resesi dan Inflasi

Ada banyak sekali penyebab terjadinya resesi. Salah satunya adalah inflasi.

Ketika harga barang dan jasa menjadi mahal dalam waktu lama, akan menurunkan daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat turun, maka perekonomian pun akan melambat. Jika itu berlangsung selama 2 kuartal berturut-turut maka akan berpotensi menghasilkan resesi.

Inflasi terjadi biasanya dipicu dengan berbagai macam faktor. Namun dari sekian faktor itu yang paling terasa dampaknya adalah ketika biaya produksi mulai meningkat. Sehingga berdampak langsung terhadap harga jual dari suatu produk.

Biaya produksi yang meningkat ini hampir selalu dikaitkan dengan naiknya harga bahan baku, akibat adanya kelangkaan, pembatasan eksport/import, perang dan lain sebagainya.

Dampak Bagi Bisnis

Selain masyarakat, pihak-pihak yang terkena dampak langsung dari adanya resesi dan inflasi ini tentu saja adalah sektor bisnis. Saat terjadi inflasi, daya beli masyarakat turun. Masyarakat tidak kuat untuk membeli barang-barang sehingga stok produk banyak yang menumpuk dan tidak laku.

Sedangkan di sisi lain, operasional perusahaan harus tetap jalan padahal pemasukan tidak sesuai harapan. Begitu seorang pebisnis memutuskan untuk menutup semuanya di kala resesi ini, maka ketika resesi berakhir akan sangat menantang untuk memulainya kembali dari awal lagi.

Maka di saat seperti ini banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan efisiensi besar-besaran, seperti mengurangi tenaga kerjanya, menutup beberapa tempat produksi atau kantor, menjual sebagian aset. Tujuannya supaya operasional tidak berhenti dan pangsa pasar tidak direbut oleh kompetitor. Dan ketika resesi berakhir, bisnisnya masih tetap bertahan dan bersiap untuk tumbuh tanpa perlu memulai dari awal.

Bagaimana Pebisnis Menyikapi dan Menghadapi Resesi

Jika Anda mencari di Google tentang topik ini, sebenarnya sudah ada banyak sekali bagaimana cara pengusaha dalam menyikapi resesi. Di sini Kami tidak ingin mengulanginya. Kami hanya ingin mengingatkan kembali dengan beberapa pertanyaan berikut :

Apakah Anda sudah melakukan penghematan atau efisiensi?

Jika belum silakan lakukan penghematan sekarang juga. Dimulai dari memetakan pos-pos mana saja yang bisa dan memungkinkan untuk dihemat.

Apakah Anda sudah ada alternatif pengganti untuk alat dan bahan baku yang lebih murah?

Jika belum maka sekarang waktu yang tepat untuk mencari alternatif pengganti. Misalnya Anda menggunakan layanan email marketing luar negeri yang harganya cukup mahal. Kini Anda bisa menggantinya dengan yang lebih murah dengan fungsi dan fitur yang sama atau mirip. Contohnya KIRIM.EMAIL.

Apakah Anda sudah mendapatkan sumber pemasukan baru?

Jika belum Anda bisa mulai memikirkannya sekarang juga. Tidak perlu yang jauh-jauh dari inti bisnis Anda. Misalnya Anda memproduksi pakaian dalam jumlah banyak. Anda bisa membuat produk lain dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan demikian bisnis Anda masih punya pemasukan lain sementara bisnis utama Anda mengalami penurunan penjualan.

Itulah pembahasan singkat tentang apa itu resesi dan inflasi. Semoga bisnis Kita semuanya bisa bertahan dalam setiap kondisi krisis.

Muhammad Sholeh

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *