Bismillah…
Tulisan ini awalnya saya posting di Facebook Group Jago Jualan yang dipelopori oleh Dewa Eka Prayoga, namun ada beberapa penyesuaian yang saya lakukan agar lebih sesuai dengan konteks saat ini.
Mungkin Anda sering mendengar atau membaca cerita tentang sebuah bisnis yang bertumbuh pesat di tangan yang tepat.
Namun, dalam beberapa kasus, “tangan yang tepat” bukanlah sang founder atau pendiri bisnisnya.
Pendiri bisnis, pada awalnya memiliki pola yang hampir sama. Bisanya orang tersebut memiliki mimpi besar, memiliki passion dalam bisnis yang ia bangun, dan biasanya ada unsur kepepet didalamnya.
Namun seiring berjalannya bisnis, sang pendiri ini dihadapkan dengan realita bahwa bisnis itu tidak semuanya bisa berjalan sesuai passionnya di awal.
Ada beberapa hal yang sangat tidak ia sukai, namun terpaksa ia jalani karena ini merupakan bagian dari bisnis yang ia bangun.
Daftar Isi
McDonald’s
Contoh paling terkenal dalam kasus ini adalah McDonald’s.
Duo bersaudara McDonald’s, Dick dan Mac memang mendirikan McDonald’s.
Sang adik, Dick, memiliki passion, atau lebih tepatnya obsesi, akan kecepatan dalam menyajikan makanan.
Ia adalah pelopor sistem makanan cepat saji yang kita kenal sekarang.
Namun, ditangan Ray Kroc, seorang penjual mesin Milk Shake, McDonald’s baru berhasil membuat sistem terstandarisasi yang bisa diduplikasi.
Hal ini membuat McDonald’s langsung bisa dibuka oleh siapa saja, walaupun sebelumnya tidak punya pengalaman di dunia restoran/ rumah makan.
McDonald’s jadi besar, punya ratusan cabang, ada dimana-mana.
Anda mungkin sudah tau cerita diatas, karena sudah sangat terkenal.
Namun tahukah Anda, baru setelah tangan dingin Harry Sonneborne datang, McDonald’s akhirnya bisa profit?
Ya, Ray Kroc bisa membesarkan, tapi TIDAK bisa membuat McDonald’s jadi bisnis yang menguntungkan. Paling tidak untuk Ray sendiri.
Di tangan Harry Sonneborne lah McDonald’s baru menjadi bisnis yang menghasilkan banyak uang.
Harry adalah sosok yang mengatakan kepada Ray kalimat yang sangat terkenal:
“we are not technically in the food business. We are in the real estate business.”
Atau versi terjemahan Tarzan nya:
“Secara teknis kita bukan di bisnis makanan. Kita ada di bisnis real estate.”
Berdasarkan pemikiran itu, Ray Kroc mengubah model bisnis McDonnald’s.
Dan mungkin selanjutnya Anda sudah tahu, Ray mengambil alih McDonald’s dari duo bersaudara Mac dan Dick dengan cara yang tidak baik.
McDonald’s dibangun oleh Mac & Dick, dibesarkan ditangan Ray, jadi profit di tangan Harry.
Apple
Kasus yang sama terjadi di Apple.
Duo Steve (Jobs dan Wozniak) memang membangun Apple, Steve Jobs memberikan ide, mengemas, dan menjual. Steve Wozniak membuat komputernya.
Mereka berdua sangat inovatif dan saat itu sedang mengubah wajah dunia komputer.
Namun John Sculley lah yang membawa Apple ke budaya korporat, membuka akses ke manufaktur besar, dan membuat Apple menjadi perusahaan bernilai jutaan dollar.
Berbeda dengan kasus duo McDonald’s, di sini Steve Jobs sadar betul ia punya kekurangan.
Ia tidak punya pengalaman membesarkan perusahaan, dan ia sadar, dengan kondisi pengetahuan dan jaringannya saat itu, ia tidak bisa membesarkan Apple.
Karenanya ia langsung mencari sosok CEO yang tepat, dan pilihannya jatuh kepada John Sculley.
Steve lalu mengajak John untuk meninggalkan Pepsi dan bergabung ke Apple dengan, lagi, kalimat yang terkenal:
“Do you want to sell sugared water for the rest of your life? Or do you want to come with me and change the world?”
Terjemahannya:
“Apakah kamu mau menjual air gula (soda) seumur hidupmu? Atau kamu mau ikut denganku dan mengubah dunia.”
Kemudian ya mungkin Anda tahu lagi kelanjutannya, John Sculley memecat Steve Jobs dari perusahaan yang ia dirikan sendiri, lalu kemudian beberapa tahun kemudian Steve Jobs kembali lagi ke Apple, menjadi CEO, dan membawa Apple seperti sekarang.
Steve Wozniak bisa membuat komputer, Steve Jobs bisa menjualnya, tapi John Sculley yang membesarkannya.
Kejadian yang sama berulang lagi di Google Dan Facebook.
Untuk Google kejadiannya mirip dengan Apple, tapi dengan unsur kepepet.
Duo foundernya: Larry Page dan Sergey Brin memutuskan untuk menyewa CEO professional setelah mendapatkan kucuran dana investasi sebesar: US$ 25juta.
Mereka sepakat kalau dana sebesar ini akan lebih tepat jika dipegang dan diolah ditangan orang yang tepat untuk kebaikan Google.
Dan mereka berdua ngeyel saat itu CEO yang tepat untuk Google adalah Steve Jobs.
Sampai akhirnya salah seorang Investor Google: John Doerr membujuk duo ini untuk merekrut Eric Schmidt.
Awalnya Eric dan duo founder ini sangat tidak akur, namun akhirnya terbukti Eric Schmidt bisa membesarkan Google hingga akhirnya diambil alih kembali oleh Larry sebagai CEO setelah 10 tahun.
Larry dan Sergey membangun Google, Eric membesarkannya.
Bagaimana dengan Facebook?
Facebook tidak memiliki sales sama sekali, nol.
Hingga Sheryl Sandberg masuk.
Mark mungkin jenius, tapi Sheryl lah yang membawa sales ke Facebook dan membuat Facebook memiliki pemasukan, hingga kini profit.
Tanpa duit cash yang dihasilkan Sheryl, maka mimpi Mark untuk membuat dunia menjadi lebih terbuka dan terhubung, mungkin akan sulit sekali tercapai.
Sebelum Sheryl bergabung ke Facebook, ada Sean Parker yang membuat Facebook mendapatkan investasi pertama kali dari Peter Thiel dan membuat Facebook bisa berkembang.
Jadi, Mark membuat Facebook, Sean membesarkannya, Sheryl membuatnya menjadi perusahaan yang profitable…
Di Indonesia, cerita yang sama juga banyak sekali berulang.
Yang paling saya ingat adalah saat saya bertemu dengan Founder Vila Kek Pisang di Batam.
Kasusnya mirip juga, walaupun mungkin tidak akan saya ceritakan di sini.
Sudah melihat polanya?
Mungkin, saat ini Anda tidak tahu bisnis Anda harus kemana.
Mungkin juga, sales terus menurun, dan Anda tidak tau cara jualan yang harus bagaimana lagi.
Atau mungkin Anda tidak begitu lihai mengelola, mengalokasikan, dan membaca laporan keuangan perusahaan.
Mungkin jawabannya bukan di APA yang harus Anda lakukan, tapi SIAPA yang bisa melakukannya bersama-sama Anda.
Melihat dari kasus diatas, memang benar, tidak semua orang ini akan amanah, dan hubungannya dengan Anda mungkin tidak selamanya akan baik.
Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka bisa mengeluarkan Anda sendiri dari perusahaan Anda (seperti yang terjadi pada Apple).
Namun, hampir semua hal dalam bisnis ada resikonya, termasuk saat mengajak orang lain untuk menjalankan bisnis Anda.
Kalau ia punya kemampuan untuk mengeluarkan Anda dari bisnis Anda sendiri, artinya ia juga punya kemampuan untuk membuat bisnis Anda lebih besar dari yang Anda sendiri bisa lakukan.
Kita manusia memang di desain untuk saling melengkapi.
Mungkin tugas Anda memulai, tapi bukan membesarkan. Atau mungkin sebaliknya, tugas kita mungkin membesarkan bisnis orang lain.
Ada yang datang ke perusahaan membawa sales seperti Sheryl Sandberg.
Ada yang datang ke perusahaan membawa sistem seperti John Sculley.
Ada yang bisa membukakan akses ke jaringan orang-orang berpengaruh seperti Sean Parker.
Ada yang meluruskan model bisnis seperti Harry Sonneberg.
Ada yang lihai dalam me-lobby dan birokrasi seperti Eric Schmidt.
Mereka mungkin tidak se-terkenal foundernya.
Mereka tidak dapat sorotan, dan biasanya masuk ditengah, saat perusahaan sudah berjalan, sehingga kurang dianggap keren.
Kebanyakan orang mungkin tidak tahu atau tidak ingat dengan dampak yang mereka timbulkan. Namun tanpa mereka, perusahaan-perusahaan raksasa yang kita kenal sekarang, mungkin tidak akan sama.
Sadari kekurangan Anda, namun ingat, Anda tidak akan punya waktu untuk menutupi semua kekurangan Anda.
Anda bisa saja memaksakan diri belajar leadership, akuntansi, sales, marketing, SDM, NLP, SEO, SEM, Tax, dll.
Tapi saat Anda fokus menutpi kekurangan Anda, kelebihan yang sudah Anda miliki, bisa jadi meredup.
Steve Jobs sadar, ia harus fokus membuat komputer, ia tahu kelebihannya dalam membuat produk, mengemas dan menjualnya. Dan sadar kekurangannya di hal lain.
Larry Page dan Sergey Brin sadar kelebihan mereka membuat algoritma, dan memutuskan untuk fokus disana lalu menyerahkan perusahaan dengan uang 25 Juta Dollar ditangan orang yang lebih ahli.
Jadi, berdamailah dengan kekurangan Anda, dan cari “jodoh” bisnis Anda.
Tidak semua hal dalam bisnis akan menyenangkan untuk Anda jalani.
Namun, Anda harus tetap teguh menjalani bisnis ditengah hal yang kita sukai ataupun tidak inilah yang disebut dengan komitmen. Dan komitmen setiap pendiri bisnis berbeda-beda.
Buang ego, jangan melekat, berdamai dengan diri sendiri.
Jika Anda memang tidak mampu setelah Anda berusaha mati-matian, akui ke diri Anda sendiri dan cari siapa yang mampu.
Mungkin, bisa jadi, solusi bisnis Anda bukan APA, atau BAGAIMANA, tapi SIAPA.
Dengarkan juga: Pebisnis Masa Tenang Pebisnis Masa Perang
-Fikry
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024
- KEPO 111: Konsekuensi Level 2 - August 22, 2024