Bismillah…
Diskusi email vs chat biasanya akan terjadi pada 95% percakapan saya dengan orang lain yang masih belum memanfaatkan email marketing. Begitu seringnya sampai saya bisa memprediksi pertanyaan yang akan muncul selanjutnya.
Inilah alasan saya menulis artikel ini, jadi saat kedepannya pertanyaan ini muncul lagi, maka saya tinggal memberikan tulisan ini saja. Mari kita mulai.
Daftar Isi
Perbedaan mendasar layanan chat dan email secara teknologi
Layanan chat seperti Whatsapp, LINE, dll, adalah layanan di bawah sebuah entitas komersil. Artinya, ada seseorang, atau biasanya sebuah perusahaan yang berkepentingan dibelakang aplikasi chat tersebut.
Artinya, aplikasi chat, umumnya adalah produk dari seseorang atau sebuah perusahaan. Artinya juga, ada kepentingan usaha/ bisnis, biasanya ujungnya kepentingan ini adalah profit alias duit.
Membuat dan menjaga atau me-maintain aplikasi chat yang digunakan jutaan orang itu tidak mudah, dan tidak murah. Karenanya perusahaan yang mengelola layanan chat itu akan berusaha mengekstrak profit dari produknya, dengan berbagai model bisnis.
Bisa jadi apllikasi chat itu bertujuan untuk menghasilkan uang, seperti Whatsapp saat dulu sebelum diakuisisi Facebook, dimana penggunanya harus bayar. Pasca akuisisi oleh Facebook, Whatsapp memang jadi gratis, namun, akhirnya digunakan oleh Facebook untuk mendata, dan dalam waktu dekat akan menjadi saluran distribusi iklan Facebook juga.
Atau mungkin seperti LINE, dimana aplikasinya gratis, namun didalamnya, seseorang bisa membeli stiker, bermain game, dan juga LINE menjadikan aplikasi chat nya sebagai saluran distribusi untuk berita dan iklan.
Bagaimana dengan Telegram? Memang, saat ini seperti belum terlihat rencana monetisasi dari perusahaan buatan Rusia ini. Namun, seperti yang saya tulis diatas, layanan ini berada di bawah sebuah entitas komersial.
Pavel Durov, pendiri Telegram, adalah salah satu anak muda terkaya di Rusia. Ia merupakan pemilik VK, layanan media sosial terbesar di Rusia. Boleh dibilang Facebook-nya Rusia.
Dari informasi yang saya kumpulkan, sampai saat saya menulis ini, Telegram masih “hidup” dari kantong pribadi Pavel. Tapi, lagi, Pavel adalah seorang pebisnis, dan sampai kapan ia akan membiarkan kondisi seperti ini?
Apalagi, belakangan beredar kabar kalau pemerintah Rusia mulai memblokir beberapa IP dari Telegram, namun Pavel melawan balik, dan akhirnya Telegram masih bisa diakses di mayoritas kota besar di Rusia.
Bukankah perlawanan seperti ini akan membutuhkan biaya? Dan, sampai kapan Pavel mampu melawan kebijakan tanah kelahirannya sendiri?
Berbeda dengan email, dari awal dulu internet berdiri, email adalah salah satu teknologi yang pertama kali bisa digunakan. Sama seperti HTML, email adalah tulang punggung yang membuat internet bisa berjalan seperti saat ini.
Email adalah sebuah protokol, atau sebuah cara metode berkomunikasi melalui internet. Ia tidak tersentralisasi di satu perusahaan seperti chat. Atau istilah kerennya: Decentralized.
Email yang saya gunakan saat ini tersimpan di server perusahaan kami. Bagaimana keamanan dan kerahasiaannya bergantung dari sebaik apa kami menjaganya.
Usia email mungkin sama tuanya dengan usia internet itu sendiri. Email pada dasarnya tidak berada dibawah entitas apapun. Pada prinsipnya, tidak ada yang mengendalikannya. Siapapun bisa membuatnya dan memilikinya. Bukan hanya itu, email juga sampai detik ini masih menjadi media komunikasi yang penting, terutama dalam dunia kerja profesional.
Hampir setiap bisnis yang berdiri hari ini, akan membutuhkan alamat email. Bahkan pemerintah Indonesia juga kini semakin giat untuk meng-online-kan dokumentasi bisnis yang baru berdiri. Artinya, akan lebih mudah (dan cepat) bagi seorang pebisnis untuk memiliki alamat email yang aktif.
Perbedaan chat dan email dari sisi marketing/ sales
Dalam dunia bisnis online di Indonesia, sering ada perkataan seperti ini:
“Secanggih apapun form nya, closing-nya di Whatsapp juga”.
Mungkin, budaya orang Indonesia memang closing di WhatsApp, berarti, yang benar pakai WhatsApp donk?
Dalam bisnis, selain halal-haram dalam aturan agama, menurut saya benar/ salah itu kesepakatan. Pertanyaan yang tepat adalah: Apakah itu bermanfaat?
Jelas sekali, melihat budaya Indonesia, maka Whatsapp akan sangat bermanfaat bagi bisnis di Indonesia. Apalagi kalau target pasarnya emak-emak.
Namun, email memiliki peranan yang berbeda dibandingkan dengan layanan chat seperti WhatsApp. Karena selain bisa untuk follow up atau menghasilkan penjualan (closing), email juga bisa berfungsi sebagai sumber traffic, atau sumber datangnya pengunjung ke bisnis seseorang. Artinya, jika posisinya sebagai sumber traffic, maka email bisa dikombinasikan dengan WhatsApp.
Jadi, trafficnya dari email, closingnya di WhatsApp. Dan, sangking umumnya alur penjualan seperti ini di KIRIM.EMAIL, sampai kami merilis fitur khusus tombol Whatsapp, untuk memudahkan kombinasi email dan WhatsApp ini.
Fleksibilitas sebagai sumber traffic dan saat bersamaan bisa sebagai saluran untuk menutup penjualan inilah yang jarang dimiliki oleh channel pemasaran online yang lain.
Perbedaan chat dan email saat scale-up iklan/ bisnis
Saat scale-up, atau proses meningkatkan kinerja iklan ataupun promosi bisnis secara keseluruhan, barulah akan terasa perbedaan paling mencolok dari layanan chat dan email.
Andaikan seorang pebisnis, sebut saja namanya Andi, memiliki jumlah database yang sama. Misalnya ada 1000 no. WhatsApp, dan ada 1000 alamat email.
Suatu hari, Andi memutuskan ingin menghubungi semua database kontaknya tersebut. Untuk email, Anda tinggal login ke KIRIM.EMAIL, menulis email seperti biasa. Kirim. Selesai. Tidak lama kemudian, emailnya sudah tiba di 1000 inbox email pelanggannya tersebut.
Berbeda dengan 1000 no. Whatsapp, Andi menemui banyak sekali keterbatasan.
Keterbatasan pertama adalah, pada dasarnya layanan chat seperti Whatsapp tidak didesain untuk di broadcast massal. Jadi secara teknologi, untuk mengirimkan pesan ke 1000 no. Whatsapp secara massal itu tidak akan mudah.
Benar, sekarang sudah banyak teknologi broadcast Whatsapp masal, namun hampir semuanya menggunakan cara-cara tidak resmi yang bisa kapan saja dilarang dan dihentikan sepihak oleh Whatsapp jika itu dianggap merugikan Whatsapp.
jadi keterbatasan ini lebih pada peraturan, atau regulasi si pemilik aplikasi chat tersebut. Lagi, harus saya ulangi, aplikasi chat, biasanya berada dibawah entitas komersial, artinya, keputusannya akan keputusan komersil.
Ingat saat dulu Blackberry Messenger (BBM) sangat populer di Indonesia?
Dulu adalah umum sekali seorang pebisnis memiliki puluhan bahkan ratusan perangkat Blackberry untuk menyimpan dan berkomunikasi dengan database pelanggannya.
Saya masih ingat bagaimana beberapa orang yang membangun database PIN BBM itu menertawakan saya saat dulu saya mulai mengumpulkan database email.
Sekarang? Database yang sudah dikumpulkan dengan susah payah itu saat ini tidak bisa digunakan lagi.
Saat ini, pengguna BBM sudah sangat menurun di Indonesia jika dibandingkan dengan tahun 2011-2012. Lagi, BBM berada dibawah entitas komersial. Saat perusahaan yang menaunginya tidak lagi bisa membuatnya populer, maka produknya (BBM) juga tidak akan digunakan lagi. Tapi sepertinya, kita sulit sekali belajar dari kejadian ini.
Keterbatasan kedua adalah, pesan yang tercampur. Si penerima, biasanya tidak menggunakan Whatsapp untuk menerima pesan bisnis. Tapi lebih ke percakapan pribadi. Sama seperti BBM dulu.
Artinya “state” atau kondisi pikiran si penerimanya juga tidak dalam konteks berjualan, apalagi kalau konteksnya B2B (bisnis ke bisnis).
Karenanya, jika seseorang pebisnis mengirimkan iklan atau promosi via Whatsapp, kondisi pikiran si penerima seringnya tidak langsung siap.
Berbeda dengan email yang memang umum dijadikan sarana promosi, atau komunikasi bisnis.
Biasanya isi email seorang di usia kerja itu penuh dengan penawaran proposal bisnis, lowongan atau info pekerjaan, promosi tiket & hotel, dll. Intinya memang komunikasi bisnis/ promosi.
Ini membuat kondisi pikiran atau “state” orang yang membaca email itu berbeda dengan orang yang membaca pesan di chat.
Inilah kenapa beberapa Marketplace sering mempromosikan Flash Sale mereka itu hanya melalui email. Orang-orang yang membacanya sudah dalam keadaan lebih siap membeli.
Email sudah mati?
This story has been written every year for at least a decade. https://t.co/9tjcynSHmV
— Dan Primack (@danprimack) December 10, 2018
Dari awal saya belajar email marketing di 2009/ 2010, sampai sekarang, hampir setiap tahun ada artikel yang mengatakan bahwa email sudah mati.
Atau, email tahun ini akan mati.
Orang tidak baca email lagi.
Dll, dsb.
Dan makin kesini, frekuensi artikelnya semakin sering, mungkin sekarang setiap 3-4 bulan, ada yang menulis artikel sejenis.
Tapi toh, email tidak mati-mati juga.
Sementara saat yang sama, email juga masih merupakan saluran pemasaran dengan nilai konversi paling tinggi. Laporan seperti ini juga muncul hampir setiap bulan.
Kok bisa email yang katanya udah mati menyumbang konversi terbesar? Kontradiktif.
Lagi, terlepas dari berita mana yang benar atau salah, tapi, mana yang bermanfaat.
Bagi kami, hampir separuh pertumbuhan bisnis kami itu terjadi melalui saluran email.
Jadi, orang Indonesia tidak baca email itu hanyalah mitos
Otomatisasi dan integrasi
Akhirnya tentu saja, 2 hal yang membuat email bisa menjadi mesin marketing dan sales yang efisien dalam sebuah bisnis: Otomatisasi dan integrasi.
Dalam bisnis, terutama sales, biasanya pembeli akan menanyakan hal yang itu-itu saja sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli (atau tidak).
Dan sebaliknya, komunikasi dalam sebuah bisnis ke pembelinya akhirnya juga itu lagi, itu lagi.
Dengan menggunakan email, Anda bisa mengotomatisasi penjelasan yang itu-itu saja menggunakan Autoresponder.
Autoresponder adalah istilah yang umum digunakan dalam email marketing untuk menggambarkan sebuah fitur yang akan mengirimkan email secara otomatis jika ada seseorang yang memberikan emailnya.
Apakah kemudian layanan chat tidak bisa di otomatisasi?
Maraknya chatbot yang belakangan populer, membuat otomatisasi chat menjadi semakin mudah dan fleksibel. Aplikasi seperti LINE@ malah sudah memiliki fitur semacam autoresponder di dalam aplikasinya.
Untuk Facebook Messenger dan Telegram juga sudah banyak sekali chatbot yang bisa digunakan untuk mengotomatisasi prosesnya.
Whatsapp termasuk salah satu layanan yang paling ketinggalan untuk urusan chatbot. Namun, melihat trend yang ada, sepertinya hanya akan masalah waktu sebelum kita juga bisa menggunakan chatbot di Whatsapp.
Namun, email masih unggul dalam otomatisasi karena memiliki kemampuan yang lebih dalam, seperti fitur automation yang dimiliki KIRIM.EMAIL ini
Proses otomatisasi ini baru menunjukkan pesonanya, saat Anda mengintegrasikannya dengan layanan lain yang Anda gunakan dalam bisnis.
Dan disinilah kelebihan email dibanding chat.
Layanan email marketing seperti KIRIM.EMAIL biasanya sudah terintegrasi dengan banyak layanan pihak ketiga yang populer.
Seperti contohnya Facebook Ads, atau Google Sheets.
Bahkan saat ini sudah ada layanan seperti Zapier, yang bisa menghubungkan KIRIM.EMAIL dengan lebih dari 1000+ aplikasi online lain di internet.
Integrasi seperti ini akan memudahkan seorang pebisnis untuk menggabungkan beberapa kanal pemasaran sekaligus, ataupun menghubungkan dengan aplikasi yang akan membantu produktivitas bisnisnya.
Integrasi ini akan sangat memudahkan, terutama saat nanti bisnisnya memutuskan untuk scale-up, atau menambah kapasitas bisnisnya.
Kesimpulan
Mungkin, tweet dari David Heinemeier Hansson, atau biasa dikenal dengan DHH ini bisa merangkum semua yang saya tulis diatas.
Ini tweetnya:
When every chat app in the world has died off, email will still be here.
— DHH (@dhh) December 11, 2018
Sebagai catatan, DHH adalah co-founder Basecamp, aplikasi komunikasi utama kami di KIRIM.EMAIL saat ini. Atau kami biasa menyebutnya kantor.
Terjemahan versi Tarzan dari tweet diatas mungkin seperti ini:
”Saat semua aplikasi chat di dunia ini mati, email masih akan ada disini.”
DHH pada dasarnya tidak ada kepentingan dalam emai, Basecamp lahir bahkan karena ia pusing melihat email pekerjaan-nya yang berantakan.
Gunakan semuanya
Tentu saja, idealnya seorang pebisnis itu menggunakan semua channel pemasaran yang ia bisa, Facebook Ads, email, chat, dll. Apapun yang bisa Ia jalankan.
Dan dengan kemudahan integrasi seperti ini, akan mudah sekali bagi seorang pebisnis untuk mengkombinasikan email dengan apapun saluran pemasaran onlinenya saat ini.
-Fikry
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024