Bismillah
Selamat datang di KEPO-KIRIM.EMAIL PODCAST Episode 94. Di Episode ini Saya ingin membahas tentang NFT, terutama terkait dengan kenapa orang membeli NFT.
Kalau dilihat dari kronologinya, sebenarnya Non Fungible Token (NFT) ini sudah ada sejak tahun 2015. Hanya saja NFT ini mendapatkan kepopulerannya baru di sekitar tahun 2020 berkat marketplace yang salah satunya adalah OpenSea.
Di OpenSea ini ada sebuah NFT yang bernama Bored Ape Yacht Club (BAYC) dimana berisi 10.000 gambar simpanse yang dijual dengan harga yang mungkin tidak masuk akal. 1 Gambar simpanse saja dihargai $350.000 (Tiga ratus lima puluh ribu dollar US) dan itu laku, ada yang membelinya.
Usut punya usut ternyata dengan membeli 1 gambar itu bisa nantinya bisa masuk menjadi anggota komunitas khusus.
Di Indonesia sendiri NFT mulai populer di awal tahun 2022 ini dengan fenomena akun Ghozali Everyday yang menjual kumpulan foto-foto selfie nya sejak tahun 2016 hingga sekarang. Dan satu fotonya ada yang membelinya hingga Rp40 Juta.
Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mencoba menjual NFT berupa lukisannya yang ternyata laku sekitar Rp 46 juta.
2 Kejadian ini membuat NFT semakin populer di Indonesia dan membuat banyak orang bertanya-tanya, kenapa ada orang yang rela membeli 1 gambar simpanse dengan harga yang fantastis. Inilah yang akan Saya bahas di sini dan kemungkinan besar pertanyaan ini juga jarang orang lain bahas.
Daftar Isi
Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang
Apa manfaat NFT?
Sebelum saya membahas kenapa orang membeli NFT, mungkin akan lebih baik jika kita pahami dulu apa manfaat dari NFT. Karena pada dasarnya seseorang membeli sesuatu karena ingin mendapatkan manfaat dari yang dibelinya.
Berdasarkan yang saya pahami, NFT itu sebenarnya adalah sebuah kuitansi atau tanda terima dari sebuah transaksi.
Contohnya saya punya buku yang judulnya adalah Psychology of Money. Buku ini bisa didapatkan dimana-mana. Di toko buku ada, bahkan di marketplace juga ada. Dan ada ribuan orang di luar sana yang juga punya buku dengan judul tersebut.
Tapi dari jutaan eksemplar buku tersebut, tidak ada yang sama persis dengan yang Saya punya.
Misalnya di buku ini ada tanda tangan dari penulisnya, ada coret-coretan saya, ada highlight yang saya buat dengan stabilo, bahkan tanggal pembelian di struk nya pun mungkin berbeda dengan yang orang lain miliki.
Sehingga bisa dikatakan buku yang Saya miliki ini unik. Dari keunikan tersebut kemudian Saya jual buku nya dengan harga yang berbeda dari harga pasaran.
Misalnya di toko buku harganya Rp75.000. Karena buku ini unik maka Saya jual dengan harga Rp750.000.
Dari sini ternyata ada yang beli. Kemudian orang tersebut akan mendapatkan tanda terima berupa sebuah serial number yang menjadi tanda bukti pembeliannya dan serial number itu juga unik. Tidak ada serial number yang sama.
Nah NFT itu sebenarnya adalah tanda terima yang bersifat unik ini. Produk yang Saya jual bisa saja diduplikasi oleh orang lain, tetapi untuk bukti tanda tanda terimanya tidak mungkin bisa diduplikasi. Kalau ada yang menduplikasinya maka akan ketahuan siapa yang melakukannya.
Itulah manfaat NFT yang sebenarnya.
Terkait manfaat NFT di atas, saya pernah membaca blog nya David Gerard yang diterbitkan pada tanggal 11 Maret 2021 yang judulnya adalah NFTs: crypto grifters try to scam artists, again.
Dari blog tersebut ada satu paragraf yang menarik perhatian Saya. Paragraf tersebut yang kalau saya terjemahkan kurang lebih seperti berikut ini :
NFT itu dibuat semata-mata hanya supaya uang kripto bisa digunakan. Ketika NFT banyak diburu oleh orang dan nilainya naik, maka secara otomatis nilai uang kripto juga akan semakin naik.
Berdasarkan blog tersebut kini Kita jadi tahu bahwa selain untuk tanda bukti pembayaran, keberadaan NFT juga digunakan untuk meningkatkan nilai uang kripto.
Bagaimana penerapan NFT di lapangan?
Setelah membahas manfaat dari NFT, kini Saya beralih ke bagaimana penerapan NFT di lapangan.
Banyak orang yang punya pendapat bahwa NFT adalah masa depan karena bisa digunakan untuk banyak bidang.
Contohnya untuk transaksi jual beli tanah yang sertifikatnya bisa dicek keasliannya dengan NFT. Kemudian NFT juga bisa di embed ke produk manufaktur seperti jam tangan mewah yang bisa dilacak siapa saja pemiliknya, dan lain sebagainya.
Secara teori memang benar seperti itu konsep NFT ke depannya. Tetapi kenyataan di lapangan yang bisa kita temukan di video Youtube maupun di portal berita online, para pemilik NFT ini tidak sungguh-sungguh menerapkan konsepnya NFT.
Hampir tidak ada pengguna NFT yang menunjukkan mereka beli sertifikat tanah dengan NFT dan lain sebagainya.
Sehingga apa yang mereka katakan dengan apa yang mereka lakukan itu berbeda.
Kenapa orang membeli NFT?
Sekarang saya masuk ke bagian utama yaitu tentang kenapa orang membeli NFT.
Berdasarkan pengamatan yang Saya lakukan, setidaknya ada 2 alasan yang melandasi kenapa orang membeli NFT.
2 Alasan itu antara lain :
- Spekulasi.
- dan Status Sosial.
Alasan #1 : Spekulasi
Alasan pertama kenapa orang membeli NFT adalah karena spekulasi.
Artinya ketika mereka membeli NFT berharap akan naik terus harganya. Sehingga di titik tertentu mereka akan menjualnya dan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat dari harga semula.
Kalau untung ya bagus kalau rugi ya pusing tujuh keliling. Jadi lebih cenderung ke arah judi daripada investasi.
Setelah Ghozali Everyday terekspose, mulai muncul banyak akun baru di OpenSea dan menjual apa saja di sana. Salah satunya Saya menemukan orang jualan baju di OpenSea.
Dari sini saja sudah terlihat bahwa banyak orang jualan atau beli NFT motifnya adalah spekulasi. Kalau kebanyakan motifnya seperti ini, bukan tidak mungkin 2 atau 3 tahun lagi OpenSea berubah menjadi sebuah casino dan tidak relevan lagi disebut dengan marketplace.
Berabad-abad yang lalu Umar bin Khattab sudah menasihatkan kepada kita semua untuk tidak berdagang di pasar jika tidak mengerti muamalah.
Sehingga jika dilihat dari akad-akad yang terjadi terkait NFT, maka sebagai seorang muslim sebaiknya kita jauhi NFT ini.
Alasan #2 : Status Sosial
Alasan kedua kenapa orang membeli NFT adalah karena status sosial. Orang-orang bisa tahu berapa harga NFT dan dari catatan transaksinya juga terlihat siapa saja yang membelinya.
Sehingga dengan adanya transparansi ini dimanfaatkan oleh orang-orang kaya atau mungkin publik figur untuk menunjukkan status sosialnya. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa dia mampu untuk membeli sesuatu dengan harga yang mahal.
Terbukti ada beberapa publik figur yang kemudian membeli NFT dengan harga yang cukup fantastis dan kemudian menampilkannya di akun media sosialnya sebagai profile picture.
Bahkan di Twitter saat ini sudah mengadopsi NFT profile picture sehingga semakin memudahkan orang-orang yang punya uang untuk menunjukkan status sosialnya.
Hal-hal lain yang perlu Anda ketahui tentang NFT
Supa pembahasan kita lengkap, maka di bagian ini saya juga akan menambahkan beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang NFT.
- NFT itu berbasis blockchain. Untuk bisa mengaksesnya dibutuhkan private key atau kunci privat. Jika kunci ini hilang maka NFT nya tidak bisa digunakan lagi. Karena sifat dasarnya blockchain itu decentralized. Sehingga tidak ada yang punya kewenangan untuk mengembalikan private key Anda yang hilang atau lupa.
- Berbeda dengan password atau PIN ATM dari rekening bank Anda. Ketika Anda lupa PIN atau bahkan ATM nya hilang, Anda masih bisa mendapatkannya kembali dengan mengurusnya ke kantor bank.
- Sampai saat Saya rekam episode ini, MUI masih mengharamkan mata uang kripto sebagai dasar untuk pembelian NFT ini. Sehingga sebaiknya jauhi NFT sampai ada fatwa yang menghalalkan mata uang kripto.
Itulah pembahasan Saya tentang kenapa orang membeli NFT. Jika Anda suka episode ini, mungkin Anda juga akan menyukai episode lainnya yang berjudul Pentingnya Mempelajari Sejarah Dalam Bisnis.
Dan di akhir saya lampirkan sebuah video yang akan memperdalam pemahaman Anda tentang NFT.
Terima kasih sudah menyimak dan sampai bertemu di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode berikutnya.
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024
- KEPO 111: Konsekuensi Level 2 - August 22, 2024
- KEPO 110: Cyber Bullying Terhadap Bisnis: Penyebab dan strategi meresponnya - June 15, 2024
Subhanallah serius ini keren banget…isinya sangat informatif dengan dikemas menjadi membahagiakan.