Bismillah…
Selamat datang di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode 93. Di episode ini Saya akan membahas tentang merencanakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan dalam konteks bisnis.
Namun sebelum kita mulai, Saya ingin menyampaikan duka cita yang mendalam terkait kebakaran yang melanda Gedung Cyber beberapa waktu yang lalu. Baik terhadap korban yang meninggal dunia maupun teman-teman pengusaha yang servernya berada di gedung tersebut.
Daftar Isi
Dengarkan KIRIM.EMAIL Podcast di aplikasi favorit Anda sekarang
Merencanakan sesuatu di luar rencana
Saya cukup yakin, perusahaan yang saat membuat rencana tahunan, mereka memikirkan kejadian tak terduga seperti kebakaran atau gempa bumi itu jumlahnya sangatlah sedikit.
Bahkan perusahaan sekelas Amazon pun juga tidak luput dari kejadian seperti itu. Saat Saya merekam episode ini, Amazon Web Service dikabarkan sempat down dan itu berimbas pada pengiriman barang dari marketplace Amazon ke pelanggannya.
Hal ini dikarenakan proses deliverynya Amazon menggunakan bot yang servernya menggunakan AWS. Sehingga ketika AWS down, maka pengiriman barang pun juga otomatis terhambat.
Dari kejadian ini pada akhirnya Saya mendapatkan pelajaran berharga bahwa bagian terbaik dari sebuah rencana adalah merencanakan sesuatu di luar rencana.
Bencana seperti kebakaran, gempa bumi, banjir dan lain sebagainya adalah sesuatu di luar rencana. Pandemi, terpuruknya pasar global, turunnya daya beli masyarakat juga merupakan sesuatu di luar rencana.
Maka saat membuat rencana, hal-hal di luar rencana tersebut sangat perlu dimasukkan ke dalam rencana bisnis Kita yang kita buat.
Sehingga ketika hal-hal itu kejadian, Kita menjadi lebih siap menghadapinya.
Namun sayangnya kebanyakan manusia itu kurang baik dalam memprediksi dan bahkan tidak memikirkan sejauh itu.
Lalu pertanyaannya bagaimana kita mengatasinya? Simak penjelasan di bawah ini.
margin of error
Dalam dunia investasi kita mengenal istilah margin of error. Sehingga dengan melihat margin of error ini Kita bisa punya persiapan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sehingga bahasa nya bukan lagi mudah-mudahan tidak terjadi, tetapi kalau hal-hal itu terjadi kita punya apa atau kita bisa apa.
Konsep ini dipopulerkan oleh Bill Gates dengan bilang menabung untuk biaya kebutuhan satu tahun. Sehingga ketika terjadi sesuatu dengan Anda mungkin di PHK atau mengalami hal buruk lainnya yang mengakibatkan tidak lagi punya pemasukan, Anda masih punya cadangan anggaran untuk memenuhi kebutuhan selama setahun ke depan.
Saya juga teringat nasihat dari guru-guru bisnis Saya bahwa di dalam bisnis itu harus punya uang cash paling tidak sebanyak 6 bulan operasional. Kalau biaya operasional bulanan bisnis Anda adalah Rp100 juta per bulan, maka paling tidak Anda harus punya free cash Rp600 juta.
Bukan hal besar yang menghancurkan sebuah bisnis, tapi…
Pandemi adalah sebuah contoh sesuatu hal di luar rencana yang sangat berpotensi menghancurkan sebuah bisnis. Namun pandemi itu skalanya terlalu besar dan luas serta frekuensi munculnya tidak sering.
Justru hal-hal kecil di luar rencana lah yang justru lebih sering menghancurkan atau menghambat bisnis.
Sebagai contoh ada proyek senilai miliaran rupiah yang ujung-ujungnya mangkrak. Penyebabnya bukan karena pandemi, melainkan karena jalan menuju proyek tersebut yang rusak parah sehingga mengakibatkan waktu pengiriman bahan bangunan ke tempat proyek menjadi terhambat. Di samping itu pekerja yang ada di lokasi juga terkena serangan malaria.
Di KIRIM.EMAIL sendiri Saya juga pernah mengalaminya. Project yang seharusnya launch di tanggal yang sudah ditentukan, terpaksa dimundurkan karena salah satu tim developer Kami mengalami sakit yang mesti dirawat di rumah sakit.
Bahkan ada salah satu teman Saya yang bisnisnya akan diakuisisi oleh pihak lain tetapi terpaksa harus menanggung biaya kerusakan mesin dan proses akuisisinya menjadi mundur hanya karena mesinnya terkena air yang masuk lewat atap yang bocor. Dan yang bocor itu lubangnya sangat kecil.
Hal-hal kecil seperti inilah yang sangat sulit untuk diprediksi.
Lalu bagaimanakah untuk bisa mengatasinya? simak di bagian berikutnya.
Single Point of Failure
Ada sebuah model yang bernama single point of failure atau satu titik yang mengakibatkan sebuah kegagalan. Peribahasanya karena nila setitik rusak susu sebelanga.
Saat sebuah bisnis hanya bergantung pada satu hal dan hal tersebut tidak berjalan dengan semestinya maka bisnisnya bisa kolaps.
Contohnya ada salah satu teman Saya yang curhat kalau bisnis hampir kolaps hanya karena database pelanggannya dibawa lari oleh karyawannya.
Hal itu sudah berlangsung selama 4 bulan dan parahnya lagi teman saya ini tidak punya backup database pelanggan dan akses ke akunnya di KRIM.EMAIL dia pun tidak tahu.
Jadi untuk mengantisipasi adanya single point of failure adalah dengan membuat backup dari sebuah proses.
Beberapa bisnis saat ini sudah menjalankan antisipasi terhadap single point of failure.
Di industri pesawat terbang misalnya.
Sekarang ada banyak pesawat modern yang ketika satu mesinnya mati, pesawat masih bisa terbang hanya dengan satu mesin saja. Sehingga bisa terbang paling tidak sampai di tempat mendarat darurat terdekat.
Di dalam dunia militer pun juga sama. Seorang tentara punya senjata utama berupa senapan. Jika itu pelurunya habis atau terlepas, mereka masih punya senjata lain berupa pistol ukuran kecil. Bahkan jika pistol kecil itu kehabisan peluru, masih ada pisau yang bisa digunakan untuk bertarung.
Saat saya webinar pun saya juga punya backup koneksi berupa mifi. Saat wifi putus karena down atau mati listrik, saya masih bisa terkoneksi dengan internet dengan mifi, sehingga sebenarnya masih tetap bisa lanjut.
Dari pengamatan saya single point of failure yang paling berpengaruh terhadap bisnis adalah nama baik dan itu tidak ada backup nya. Sudah ada banyak cerita bisnis yang pada akhirnya kandas dan tutup hanya karena perilaku foundernya yang kurang baik sehingga mencoreng nama baiknya.
Maka dari itu PR kita adalah mencari dan menganalisa single of failure yang mungkin mengancam bisnis kita dan membuat backup supaya ketika itu terjadi bisnis kita masih tetap bisa berjalan.
Mudah-mudahan bermanfaat dan sampai bertemu di KEPO-KIRIM.EMAIL Podcast episode berikutnya. Jiika Anda suka dengan episode ini mungkin Anda juga akan suka dengan episode 84 yang judulnya “Bagaimana Jika Tidak Tahu Mau Kemana?” karena temanya mirip.
- KEPO 113: Kenapa Kita Tetap Harus Membuat Rencana Walau Rencana Sebelumnya Gagal Terus Menerus - December 7, 2024
- KEPO 112: Marketing Dalam 17 Menit - October 12, 2024
- Shopee, Telegram, Jet Pribadi, dan Kemandirian Usaha - August 27, 2024