fbpx

Menjadi Pengusaha Mandiri yang Tak Rendah Diri

Mengawali tulisan Menjadi Pengusaha Mandiri yang Tak Rendah Diri ini saya ada sebuah cerita untuk Anda.

Beberapa hari yang lalu, mas Yudhis melakukan polling di sebuah group yang menanyakan pertanyaan seperti di gambar di bawah ini.

menjadi pengusaha mandiri

Tidak begitu lama, seseorang menjapri saya, sebut saja namanya Fulan, yang kemudian menanyakan:

“Wah berarti KIRIM.EMAIL bisa jadi merupakan perusahaan email marketing terbesar di Indonesia ya mas? Bisa juga ya ternyata….”

Saya tidak tahu mengenai “terbesar”, saya belum pernah menganalisa market share nya aplikasi email marketing di Indonesia secara langsung, semuanya dari data sekunder.

Dan saya pribadi juga tidak begitu mempermasalahkan apakah KIRIM.EMAIL yang terbesar atau tidak, yang penting bisa bermanfaat dan membawa kita ke surga.
Aamiin…

Tapi yang saya fokuskan adalah kalimat selanjutnya:  “Bisa juga ya ternyata...”

Artinya Fulan ragu bahwa produk Indonesia, bisa menguasai pasar yang sudah terlebih dahulu dikerubungi oleh layanan asing.

Begini…

Dari dulu, saya TIDAK PERNAH membuat campaign yang isinya sesuatu seperti:

Dukunglah karya anak bangsa…” Atau “Beli produk Indonesia…” Atau semacamnya…

Campaign dengan Anda baca diatas itu semacam (maaf) memelas menurut saya.

Buat apa memelas dan mengharap-harap seseorang mendukung dan membeli produk kita? Buat saya BIG No…

Allah sudah jelas berfirman:

“Hanya kepadaMu kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.” (Q.S alFatihah:5)

Bahkan, dalam hal-hal yang remeh sekalipun, meski tali sandal putus, seorang muslim hendaknya meminta ganti kepada Allah dalam doanya, dengan berupaya (ikhtiar) sesuai kemampuannya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

Mintalah kepada Allah segala sesuatu, sampai-sampai tali sandal, karena sesuatu yang tidak diberi kemudahan oleh Allah tidaklah berjalan dengan mudah (riwayat Abu Ya’la.)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah murka kepadanya (H.R atTirmidzi.)

Jadi dari awal saya tidak pernah membuat campaign yang memohon supaya orang membeli produk saya. Memohon saja sama Allah, sampe nangis-nangis tengah malem juga boleh, biar tenang…

Sisanya, prinsipnya selalu sama, produk yang ngangenin, tim yang luar biasa, penguasaan market, momentum, dll.

Jadi daripada memelas, kenapa gak belajar dan menguasai semua pengetahuan bisnis diatas?

Saya jadi keinget dulu Dosen saya pernah berkata:

“Indonesia adalah bangsa besar yang manusianya dilemahkan, dikerdilkan secara sistematis. Berpikirnya sempit dan tidak percaya diri, mungkin karena itu kita tidak terbiasa berjuang, keburu males karena potensi dan semangatnya terbelenggu pikirannya sendiri.”

Dulu saya ga paham dengan kalimat diatas, tapi makin kesini, kayanya perkataan Dosen saya itu sedikit banyak mulai saya alami langsung.

Buat saya pribadi, dengan menyebut kalimat seperti:

Ini produk lokal yang kualitasnya ga kalah dengan produk import.
itu merupakan sebuah penghinaan dan merendahkan…

Banyak sekali produk lokal yang kualitasnya lebih superior dari negara-negara lain di dunia. Dan menurut saya ya biasa saja produk Indonesia itu superior. Memang harus begitu…

Kita ini bangsa besar, manusianya pinter-pinter, super kreatif, bahagia, makannya enak-enak, dan sumber dayanya banyak.

Salah satu keputusan terbaik saya adalah memutus kerjasa tim asing KIRIM.EMAIL, dan membangun full tim di Indonesia.

Kejeniusan dan pemahaman tim KIRIM.EMAIL akan kearifan lokal, terbukti bagi saya adalah nikmat yang luar biasa dari Allah.. Alhamdulillah…

Contoh yang paling gampang:

Untuk dunia digital, baru-baru ini lihat saja Levidio nya mas ILham Zulkarnain dan Maulana Malik, ga ada nyebut2 dukung produk Indonesia, dari Jember, tapi produknya muncul di salah satu layar raksasa di Las Vegas…

Atau mas Yudhis dengan The Graph nya, 10ribu user, dan banyak dari negara lain.

Sudah biasa, tidak perlu dilebih-lebihkan…
Memelas bukan strategi pemasaran yang bagus, dan menurut saya tidak akan pernah bagus.

Pembeli yang membeli produk Anda karena kasihan, dengan pembeli yang membeli karena memang produk kita berkualitas tinggi dan bermanfaat untuknya, menurut Anda akan lebih loyal dan tahan lama yang mana?

Jadi, mari berhenti memelas, perbaiki produk dan tambah pengetahuan marketing dan bisnis kita. Dari mas Jaya saya belajar, ada bleeding market, potential market, dan sleeping market.

Indonesia saat ini banyakan sleeping market, apalagi untuk pasar online. Karenanya butuh banyak kekuatan untuk membangunkan raksasa tidur ini. Dan kekuatan itu ada di tangan pengusaha-pengusaha seperti Anda, pejuang ekonomi negara ini.

Islam mendidik kita untuk berdagang, maka berdaganglah, ga mungkin salah…

Kita yang paling paham negara ini, kita yang paham celah-celah yang tidak dipahami oleh penjajah ekonomi asing.

Adalah konyol sekali yang bertanya: “Kalau semua orang jadi pengusaha, yang jadi karyawan nanti siapa mas?”

Jawaban saya selalu sama: “Nanti kita liat kalo semua orang udah jadi pengusaha…”

Jangan memikirkan hal yang tidak bisa kita kendalikan. Jangan menjadi pakar dan informatif di hal-hal yang ga ada manfaatnya. Angka pengusaha di Indonesia masih sangat kecil, kita butuh pengusaha-pengusaha yang berpikir strategis untuk menguasai market share di usahanya masing-masing.

Kemarin di Jogja, saya mengikuti kelas Pak Mardigu WP yang membahas ada 7 jenis warfare (peperangan.) Hanya 1 yang melibatkan combatant (tentara/ pejuang), dimana membutuhkan kita untuk angkat senjata. 6 yang lain tidak, siapa saja bisa terjun, dan peperangannya terjadi setiap hari, antaranya:
– Psychological warfare.
– Economic warfare.
– Currency warfare.
– Political warfare.
– Cyberwarfare.
– Information warfare.

Karenanya, setiap kita adalah pejuang yang bertanggung jawab mengambil alih kedaulatan diri kita sendiri.

Berhenti menyalahkan orang lain, berhenti menyalahkan keadaan, tanggung jawab ke diri sendiri.

Ambil alih pasar Anda, ambil alih pembeli Anda…

“Immortality! Take it! It’s yours!” – Achiles, dari film Troy.

Yuk jadi pengusaha mandiri yang tidak rendah diri.

Semoga Allah meridhoi… Aamiin…

-Fikry

Fikry Fatullah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *